Perlintasan Kereta Bikin Avanza Mogok, Bagaimana Mobil Listrik?
Toyota Avanza tiba-tiba mogok disambar kereta Perlintasan Liar KM 34 dekat Stasiun Tambun, Bekasi, hari ini Selasa (21/6). Pengemudi mencoba menyalakan mesin mobil, namun tidak kunjung berhasil.
Berkaca pada insiden itu, apakah mobil listrik aman melintasi rel kereta?
Mobil listrik bisa saja masuk ke dalam kategori tidak aman jika melintas di infrastruktur tertentu di Tanah Air. Sebut saja yang memiliki voltase tinggi seperti trafo, sutet, dan rel kereta api.
Eko Rudianto, Director Strategic & Technology Engineering Development Institut Otomotif Indonesia (IOI) pernah menjelaskan radiasi elektromagnetik dari infrastruktur sanggup menimbulkan permasalahan pada mobil listrik hingga yang paling parah yaitu kebakaran.
Lihat Juga : |
Untuk itu ia menilai perlu ada kajian soal rute khusus buat mobil listrik yang tidak berdekatan dengan infrastruktur membahayakan.
Selain itu dia juga merekomendasikan agar dilakukan pengaturan ulang jaringan kabel-kabel bertransmisi tinggi.
"Jalanan rute mobil-mobil yang selama ini ada tekanan voltase harus disingkirkan. Karena pada pemasangan (perangkat) listrik ini semua, maaf, pemasangan trafo, sutet, rel kereta api segala macam ini hanya untuk kebutuhan PLN saja, tidak pernah memikirkan ada mobil listrik yang lewat," kata Eko beberapa waktu lalu dalam sebuah diskusi.
"Kalau mobil listrik lewat di situ, ini voltase tinggi bisa 'loncat' ke mobil dan mobil itu bisa 'meledak' baterainya. Jadi hati-hati. Jangankan mobil listrik, mobil biasa saja kalau menyebrang rel kereta api harus hati-hati karena itu memiliki voltase, elektromagnetik yang tinggi," ucapnya kemudian.
Penyebab dan merusak
Sementara itu Muhammad Nur Yuniarto, Kepala Peneliti Kendaraan Listrik Institut Teknologi Sepuluh Nopember menjelaskan mobil listrik memungkinkan kena dampak negatif bila berada di dekat insfrastruktur yang menghasilkan radiasi elektromagnetik seperti rel kereta api.
"Elektromagnetik bisa saling menginduksi, jadi kalau bersentuhan dengan yang bisa terinduksi nanti menimbulkan medan magnet dan bisa merusak komponen elektronika. Sebenarnya sudah ada caranya biar tidak jadi induksi, misalnya dikasih isolator alumunium foil untuk mendefleksikan radiasi," kata Nur.
Untuk diketahui pada mobil konvensional ataupun listrik, radiasi elektromagnetik dari rel kereta api sanggup bikin komponen elektronik mati seketika.
Kerusakan yang ditimbulkan bisa bervariasi, tergantung kerusakan pada komponen.
Ini yang kemudian menjelaskan salah satu penyebab kejadian mobil tiba-tiba mogok ketika melintas rel kereta api. Mobil listrik yang membawa lebih banyak komponen elektronik tentu punya potensi lebih tinggi kena dampak negatif tersebut saat berada di perlintasan kereta.
Pembenahan
Meski disadari ada potensi gangguan, menurut Nur yang harus dibenahi adalah desain mobil listrik, bukan mengubah infrastruktur.
Kata dia, saat ini mobil listrik yang dijual di pasaran logikanya sudah lolos tes Electromagnetic Interference (EMI) dan Electromagnetik Compability (EMC).
Lihat Juga : |
Nur menjelaskan tes EMI dan EMC itu merupakan standar internasional yang bisa jadi acuan kemampuan mobil bekerja aman di lingkungan elektromagnetik.
"Harus lolos itu untuk menjamin supaya tidak terpengaruh tegangan tinggi, itu memang tantangan engineering, nanti ada prosedur tesnya. Asal produk lolos, mestinya sudah enggak ada masalah," ujar Nur.
Tapi, pengujian radiasi elektromagnetik untuk mobil listrik yang akan dijual di Indonesia juga dirasa perlu dilakukan di dalam negeri.
Kata Nur hal ini didasari infrastruktur di Tanah Air tidak sama rata seperti di luar negeri.
Nur menambahkan Indonesia harus memiliki fasilitas riset dan pengembangan yang mengurusi masalah itu sekaligus menjadi sumber pengetahuan lokal untuk mengembangkan ekosistem mobil listrik di Tanah Air.
(ryh/mik)