Agus Purwadi, Head of Electrical Energy Conversion Research Laboratory Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan riset konversi Toyota Calya menjadi mobil listrik belum usai.
Proyek antara ITB dengan Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) ini dikatakan masih berjalan dan memasuki fase diskusi serta evaluasi.
"Untuk kelanjutan konversi Calya sedang dalam proses diskusi dan evaluasi lanjutan," kata Agus melalui pesan singkat, Senin (18/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi ini diketahui mengubah Calya yang memiliki Internal Combustion Engine (ICE) 1.200 cc menjadi mobil Battery Electric Vehicle (BEV). Proyek ini terungkap ke publik pada 2021, namun sudah dimulai sejak 2020 dan sempat terhambat pandemi Covid-19.
Agus menjelaskan yang didalami dalam studi ini fokusnya mengedepankan isu keselamatan sebagai standar internasional terhadap kendaraan listrik.
"Yang didalami terutama terkait pemenuhan isu safety standard karena menggunakan standar tegangan kelas B [60 VDC sampai 1.500 VDC]. Standard safety dan manajemen resikonya di automotive cukup ketat diatur dalam kategori ASIL [Automotive Safety Integrated Level] A sampai D," ungkap dia.
Berdasarkan evaluasi sementara, dia bilang tidak mudah bagi kendaraan berbasis baterai memenuhi standar keselamatan.
"Memang tidak mudah memenuhi standard safety untuk EV," kata dia.
Agus melanjutkan sejauh ini pihaknya belum melakukam konversi terhadap produk lain. Calya dipilih sebagai bahan riset lantaran harganya terjangkau dan populasinya banyak di dalam negeri.
"Sementara masih Calya karena inginnya harga bisa terjangkau dan sudah digunakan masyarakat banyak, serta platformnya sudah punya basis produksi di Indonesia," kata Agus.
(ryh/fea)