Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di wilayah Sumatera kerap menjadi korban i oleh orang tak bertanggungjawab. Hal ini merugikan karena selain menyebabkan kerusakan, tetapi juga berdampak pada keselamatan.
Pelemparan batu kepada bus yang melintas di Sumatera ini tidak melulu dilandasi niat melakukan aksi kriminal seperti membegal atau merampok. Para pelaku kebanyakan remaja tanggung yang hanya sekadar iseng.
"Kami pernah ada kejar, dapat, itu anak kecil yang pulang dari masjid. Alasan mereka apa? Ada beberapa iseng, meski ada juga sebagian kriminal kalau kata saya," kata Kurnia Lesani Adnan, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) ditemui di Kemayoran, Jakarta, Kamis (7/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ia bilang kriminal di sini tidak mengarah ke aksi perampokan atau hal lain. Banyak dari mereka yang cuma mencari "adrenalin".
"Jadi gini sebetulnya bukan mereka ingin merampok. Ada juga lebih ke nongkrong, minum (alkohol). Nah ini mereka mabuk enggak, tapi tanggung. Jadi ya cari adrenalin," kata pria yang akrab disapa Sani itu.
Tralis di kaca bukan solusi
Untuk mencegah pelemparan batu, saat ini banyak operator bus AKAP menggunakan tralis berjaring untuk melindungi kaca depan.
Tapi bagi Sani, penggunaan tralis sebetulnya bukan solusi karena dianggap mengganggu pandangan pengemudi.
"Saya pernah coba bawa mobil yang sudah menggunakan jaring, tapi apa. Selesai nyetir, itu mata seperti ada jaringnya. Dan memang pandangan itu terhalang ya," kata Sani.
Selain itu Sani menilai teralis berjaring tidak sepenuhnya mampu menghalangi batu yang dilempar ke kaca.
"Apa dengan jaring kaca tidak pecah. Pecah juga. Dia pake batu kecil nyeplos. Kaca itu pecah atau tidak juga tergantung momentum dan sudut saat melemparnya," tutup Sani.
(ryh/mik)