Mitos Atau Fakta Fast Charging Buat Baterai Mobil Listrik Cepat Rusak?
Kebiasaan mengecas baterai mobil listrik ternyata berpengaruh terhadap penurunan kualitas baterai.
Untuk memenuhi kebutuhan pengisian daya listrik baterai mobil listrik, ada beberapa jenis charger mulai dari wall charging hingga fast charging.
Technical Manager Hyundai Mobil Indonesia (HMID) Fattony menjelaskan jika pemilik terbiasa menggunakan alat pengecasan model DC atau fast charging, justru dapat menurunkan kualitas baterai sangat cepat.
"Apabila ngecas menggunakan DC, itu membuat baterai lebih panas. Semakin menggunakan fast charging itu degradasi cepat," kata Fattony di Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/6).
Meski begitu ia mengklaim sejauh ini penggunaan fast charging pada mobil listrik Hyundai tidak berpengaruh signifikan pada kualitas baterai.
"Tapi pengalaman selama ini di Indonesia seperti Ioniq dan Kona EV terakhir saya cek mereka, kesehatan baterainya masih 99 persen selama dua tahun pemakaian (Fast Charging). Ada yang masih 100 persen," ujar Fattony.
Namun ia mengatakan jika bicara penyusutan baterai tidak bisa dihitung. Hal itu tergantung bagaimana memperlakukan baterai.
Untuk mengetahui kesehatan baterai mobil listrik Hyundai, kata dia, caranya cukup mudah. Pengguna hanya tinggal mendatangi bengkel resmi terdekat.
"Cek bagaimana kesehatan baterai. Dari sana keliatan data. Apa dalam kurun waktu 8 tahun sudah kurang dari 70 persen. Nah itu akan kami ganti. Penggantian kami cek sel mana yang turun. Kami cek masing-masing sel voltasenya berapa," ucap dia.
Di samping itu Head of Public Relations HMID Uria Simanjuntak mengatakan, pengecasan lewat fast charging sebetulnya tidak perlu sering untuk dilakukan.
Ia menyarankan pemilik kendaraan untuk mengatur bagaimana manajemen pengecasan menggunakan instalasi listrik rumah.
"Tetap yang kami sarankan fasilitas yang ada di rumah," ucap Uria.
Uria menilai cara tersebut menjaga kualitas baterai mobil listrik dan usia pakainya pun bisa bertahan hingga lebih dari 5 tahun.
(can/lth)