MPV kembaran Mitsubishi Xpander, Livina, seharusnya membuka peluang bagi Nissan menggemukkan pasar di Indonesia. Namun sejak mulai dijual pada 2019, penjualan Livina terus melorot.
Generasi baru Livina yang menggantikan Grand Livina pertama kali hadir di Indonesia pada Februari 2019. Desain model dirombak total menggunakan basis platform rekan aliansi Nissan, Mitsubishi, yaitu Xpander.
Perbedaan signifikan lain yakni produksi Livina yang tak lagi menggunakan nama 'Grand' bukan dilakukan sendiri oleh Nissan di Indonesia, melainkan dikerjakan Mitsubishi di pabrik Bekasi bersama Xpander.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), wholesales Livina hingga akhir 2019 mencapai 8.896 unit. Angka ini sempat terasa menyegarkan untuk Nissan yang sebelumnya kesulitan bersaing.
Satu tahun berselang atau pada 2020, angka distribusi naik menjadi 9.082 unit atau berarti rata-rata per bulan 756 unit. Ini merupakan puncak penjualan tahunan Livina sebab pada 2021 dan 2022 mengalami gejolak parah.
Pada 2021 distribusi ke dealer terjun bebas ke angka 2.015 unit, sementara tahun ini, periode Januari-September, hanya 894 unit.
Susilo Darmawan, Head of Retailer Indomobil Group, yang juga salah satu petinggi di Nissan di Tanah Air mengakui Livina tengah meredup dibanding kompetitor, termasuk saudara kembarnya, Xpander.
Ia mengatakan salah satu penyebab Livina 'hilang arah' yakni kejenuhan konsumen akibat produk itu tak pernah mendapat penyegaran.
Penyegaran Livina yang dilakukan saat ini dikatakan bisa disebut hanya versi dealer.
"Ya seperti dibilang tadi diluncurkan dari 2019, tapi tidak pernah ada ubahan," kata Susilo saat ditemui di BSD, Rabu (26/10).
Beda dari Livina, Xpander sudah mengalami perubahan desain yang besar dengan berbagai spesifikasi yang menyesuaikan pasar. Perubahan Xpander juga kini telah meliputi Cross, varian bergaya low SUV yang ikut menyumbangkan penjualan secara keseluruhan.
"Mitsubishi sudah mengembangkan, tapi kami tidak berkembang. Dengan beda price tidak signifikan, ya mungkin konsumen mulai belajar. Jadi ya mulai ke value," kata dia.
Susilo menilai Livina masa kini jauh berbeda dari sebelumnya atau yang dahulu dikenal sebagai Grand Livina. Hal ini yang ia nilai telah dirasakan semua konsumen Nissan.
"Dengan sekarang yang Livina baru ini pergerakan lambat konsumen lama-lama mikir kok tidak se-hype yang dulu," ungkap Susilo.
Susilo belum dapat memperkirakan kapan Livina bakal mendapat sentuhan penyegaran. Ia bilang itu semua tergantung keputusan perusahaan yaitu Indomobil dan prinsipal Nissan di Jepang.
2019 8.896 unit
2020 9.082 unit
2021 2.015 unit
Januari-September 2022 894 unit