Pakar Bongkar Moge Sebagai Identitas Diri, Picu Arogansi di Jalan

CNN Indonesia
Jumat, 30 Des 2022 11:47 WIB
Psikolog Klinis & Head of Social Media Ohana Space Marissa Meditania mengatakan arogansi pemilik moge dapat dipicu oleh berbagai hal. (Dok. Antara)
Jakarta, CNN Indonesia --

Stigma arogan bagi pengendara motor besar alias moge merek Harley-Davidson sudah terstigma sejak lama di benak masyarakat. Tak sedikit kasus pengendara moge terlibat cekcok dengan pengendara lain hanya karena masalah sepele.

Psikolog Klinis & Head of Social Media Ohana Space Marissa Meditania mengatakan arogansi pemilik moge ini sebetulnya dapat dipicu oleh berbagai hal. Salah satu faktornya karena pengendara moge memang ingin mengidentifikasikan dirinya sebagai orang yang kuat.

Ia mengatakan biasanya moge merupakan kebutuhan tersier yang dibeli secara sadar karena ingin mengaitkannya dengan kepribadian si pemilik. Menurut Marissa, orang-orang yang memiliki moge ingin mengaitkan tunggangannya itu sebagai identitas diri.

"Jadi ketika kita sebagai driver menggunakan kendaraan-kendaraan besar tersebut rasanya kayak ini adalah identitas ku, personality ku, tameng ku yang dipersepsikan oleh lingkungan masyarakat bahwa mobil motor besar tuh keren, gagah, kuat," jelas Marissa saat dihubungi, Jumat (30/12).

"Jadi rasanya akan timbul, in line dengan arogansi yang muncul," imbuhnya.

Menurut Marissa arogan identik dengan kesombongan, sementara sombong biasanya dilekatkan kepada orang-orang yang merasa dirinya superior daripada orang lain.

Mereka biasanya merasa memiliki kekuasaan, dan kontrol, sehingga menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain.

Sikap ini juga akan berlipat ganda ketika mereka touring bersama dengan rombongan besar. Menurutnya hal ini dikenal dengan istilah social identification atau identifikasi sosial.

Identifikasi sosial merupakan proses kognitif ketika individu menganggap dirinya memiliki kualitas atau karakteristik yang sama dengan kelompok sosial tertentu.

Menurut dia ketika rombongan moge touring, mereka akan merasa diri lebih terlihat powerfull.

"Sendiri aja lebih kelihatan powerful, superior, tapi kalau ramai-ramai jadinya berlipat-lipat ganda superioritasnya, kontrolnya, penguasaan terhadap jalanan, lingkungan," jelas Marissa.

"Ini lebih kelihatan lebih besar tanpa melihat siapa sih di dalamnya, apakah sebenarnya orang di dalamnya itu tidak percaya diri atau enggak, itu kan orang enggak akan menilai perseorangan, tapi melihat as a group," ujarnya menambahkan.

Sebelumnya, netizen bereaksi atas insiden lansia yang tewas usai dihantam motor besar alias moge Harley-Davidson di Jakarta pada Selasa (27/12).

Kecelakaan ini bermula ketika pengendara Harley-Davidson, Rolas Marudut Pangaribuan (43) melaju dari arah selatan menuju utara dengan kecepatan tinggi di Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat.

Pada saat bersamaan, Sugiyem (63) yang merupakan penjual tisu di kawasan tersebut tengah berjalan menyeberang jalan. Kecelakaan tak bisa dihindari. Akibat kecelakaan tersebut, Sugiyem langsung tewas di tempat karena mengalami luka di bagian kepala kanan.



(mik/dmr/mik)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK