Riset IEEFA: Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia Terhambat

CNN Indonesia
Selasa, 07 Feb 2023 07:02 WIB
Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menilai pengembangan kendaraan listrik di Indonesia terhambat.
Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menilai pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia saat ini belum sesuai dengan arah bisnis perusahaan. (Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, CNN Indonesia --

Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menilai pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia saat ini belum sesuai dengan arah bisnis dari para pemain di industri otomotif.

Demikian hasil analisa IEEFA terkait perusahaan yang menguasai mayoritas pasar Indonesia dan bagaimana langkah bisnis mereka dapat mempengaruhi ekspansi kendaraan listrik di dalam negeri.

Laporan IEEFA juga menyoroti lima produsen yang menguasai 92 persen pasar kendaraan roda empat ringan (4W), yaitu Honda, Mitsubishi, Suzuki, Toyota, dan Daihatsu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rencana elektrifikasi dari pemain industri yang lamban dikombinasikan dengan dominasi pasar mereka dapat menjadi hambatan besar bagi ambisi Indonesia. Para pemain otomotif banyak menekankan pentingnya memberi pilihan kendaraan bagi konsumen, namun opsi "all-electric" dari mereka hampir tidak bisa ditemukan," kata analis energi IEEFA sekaligus penulis laporan tersebut Putra Adhiguna dikutip dari Antara, Selasa (7/2).

Ia menjelaskan penguasa pasar roda dua di Indonesia yaitu Honda dan Yamaha dinilai belum terlalu serius melihat perkembangan motor listrik di dalam negeri.

Laporan IEEFA juga merujuk pada target agresif yang ditetapkan Indonesia dengan 13 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik pada 2030. Namun, realisasi itu masih tertinggal di belakang beberapa negara tetangga ASEAN lainnya.

Ia menilai kompetisi dengan Thailand dalam mobil listrik semakin ketat sementara Vietnam telah lebih sukses mendorong penggunaan motor listrik di depan Indonesia.

Menurut dia, dengan kenaikan impor minyak dan subsidi BBM yang kerap fluktuatif, kendaraan listrik seharusnya dapat membantu menurunkan konsumsi BBM, namun faktanya dinilai masih meleset.

"Hal tersebut tentunya harus dibarengi dengan komitmen kuat Indonesia untuk menghijaukan sektor kelistrikannya," ujar Putra.

ia mengatakan para pemangku kepentingan harus meminta industri otomotif untuk menyelaraskan arah bisnis mereka dengan kepentingan nasional untuk kendaraan yang lebih efisien, rendah emisi, dan bergerak menuju ke industri EV masa depan.

Menurut dia, para industri otomotif juga dapat berpotensi membantu menurunkan ketergantungan sektor transportasi terhadap impor BBM.

"Untuk mendorong peralihan mereka, pemerintah dapat mempertimbangkan memfasilitasi melalui akses sumber daya dan kebijakan yang sesuai dengan prasyarat tegas bahwa mereka menyelaraskan tujuan dengan ambisi kendaraan listrik Indonesia," tutup Putra.

[Gambas:Video CNN]



(antara/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER