Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esa Suryaningrum menilai penyematan gelar 'Bapak Otomotif' untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) merupakan sebuah kekeliruan.
Esa mengatakan gelar tersebut seharusnya diberikan kepada orang yang memang berdedikasi pada bidang otomotif.
"Waduh ini mah latah ya. Saya lebih sepakat ini diberikan kepada orang yang punya dedikasi untuk otomotif," kata Esa melalui pesan singkat, Senin (20/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mempertanyakan dasar pengukuhan gelar tersebut yang dia rasa hanya karena Jokowi seorang presiden sehingga memiliki kewenangan besar.
"Apa dasar (alasan) memberi julukan sebagai bapak otomotif? Mungkin karena Presiden dan kewenangannya besar," ucap dia.
IMI sebelumnya mengukuhkan gelar bapak otomotif kepada Jokowi. Pemberian gelar itu dilakukan dalam acara IMI Awards 2023 yang dihelat di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (18/2) malam.
Ketua Umum IMI Bambang Soesatyo bilang pertimbangan IMI memberikan gelar tersebut karena Jokowi dinilai berjasa dalam membangkitkan dunia otomotif nasional.
Salah satunya, melalui kejuaraan dunia otomotif nasional yang kemudian dinilai telah berhasil menggerakkan roda perekonomian nasional di tengah gempuran pandemi virus corona (Covid-19).
Di antaranya, World Superbike (WSBK), MotoGP, MiniGP, MXGP, Formula-E, Rally Internasional, F1 Powerboat Seri Dunia 2023, hingga rencana Leman's Asia Series, dan Formula-1 di Indonesia.
Esa melanjutkan pada era pemerintahan Jokowi belum ada visi 'meyakinkan' untuk memajukan industri otomotif nasional di masa depan. Ia juga meminta agar pemerintah dapat menjalankan kebijakan terkait otomotif tidak dengan setengah hati.
"Era pemerintah sekarang saya rasa belum ada visi seperti itu. Minimal jika ada kebijakan industri otomotif jangan setengah hati. Misal katanya mau bikin mobil listrik, terminal charging area juga belum ada, spare part juga masih jarang dan sebagainya," kata dia.
(ryh/fea)