Disinggung Anies, Berapa Jejak Karbon Bus dan Mobil Listrik?
Bakal calon presiden Anies Baswedan mengkritik bantuan pemerintah berupa subsidi dan insentif untuk pembelian kendaraan listrik di Indonesia. Ia menilai kebijakan itu tidak tepat jika tujuannya menekan emisi karbon.
Bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menilai dorongan pemerintah lewat bantuan itu supaya masyarakat beralih ke kendaraan listrik tidak serta merta membuat lingkungan menjadi semakin baik.
Menurut Anies pemerintah seharusnya lebih dulu membenahi sektor transportasi umum. Anies mengklaim jejak karbon seseorang saat menggunakan kendaraan pribadi listrik lebih tinggi ketimbang angkutan umum dengan mesin konvensional.
"Kalau kami hitung apalagi ini, contoh ketika sampai pada mobil listrik, emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer sesungguhnya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak," kata Anies akhir pekan kemarin.
Anies beranggapan bus bisa memuat banyak orang, sementara mobil hanya segelintir. Di sisi lain, menurut Anies subsidi pembelian mobil listrik justru hanya akan menambah kemacetan di jalan.
"Pengalaman kami di Jakarta, ketika kendaraan pribadi berbasis listrik dia tidak akan menggantikan mobil yang ada di garasinya, dia akan menambah mobil di jalanan, menambah kemacetan di jalanan," ujarnya.
Berkaca dari apa yang disampaikan Anies, bagaimana sebetulnya jejak karbon dari sektor transportasi?
Menurut data yang dirilis Our World In Data pada 2020, sektor transportasi menyumbang sekitar seperlima dari emisi karbon dioksida (CO2) global atau 24 persen, bersumber dari makalah metodologi Pemerintah Inggris. Ini diukur dengan jumlah emisi yang dihasilkan seseorang untuk menempuh satu kilometer.
Dari data tersebut, kendaraan listrik menghasilkan 53 gram CO2 per penumpang per kilometer. Sementara, bus menghasilkan emisi 105 gram per penumpang per kilometer.
Jika diurai lebih lanjut, cara paling efisien bepergian tanpa jejak karbon tentu berjalan kaki atau bersepeda, namun ini memiliki batasan soal kemampuan yang bisa ditempuh.
Kemudian menggunakan sepeda daripada mobil untuk perjalanan singkat akan mengurangi emisi perjalanan Anda hingga 75 persen. Lalu naik kereta, alih-alih mobil untuk jarak menengah akan mengurangi emisi hingga 80 persen.
Menggunakan kereta daripada penerbangan domestik juga akan mengurangi emisi hingga 84 persen.
Namun, dapat terjadi variasi yang luas dalam emisi, tergantung lamanya perjalanan, sumber listrik di jaringan lokal, hingga jumlah angkutan umum.
Di sisi lain, kendaraan listrik saat bergerak memang tidak mengeluarkan emisi. Tapi kita juga harus melihat sumber listrik untuk memasok daya ke baterai.
Jika listrik disuplai oleh tenaga nuklir atau energi terbarukan alih-alih batu bara, kendaraan listrik dan kereta api listrik tentu akan lebih efisien dari segi emisi.
Misalnya, di Prancis yang memiliki perpaduan sumber listrik sangat 'hijau' sehingga pengguna kendaraan listrik akan memberi kontribusi terhadap pengurangan emisi secara maksimal.
Emisi yang dikeluarkan per penumpang per kilometer:
Penerbangan pendek 255 gram
Mobil (Bensin) 192 gram
Mobil (Diesel) 171 gram
Penerbangan sedang 156 gram
Penerbangan panjang 150 gram
Bus 105 gram
Sepeda motor 103 gram
Mobil Bensin (2 Penumpang) 96 gram
Kendaraan Listrik menengah 53 gram
Kereta 41 gram.