Calon presiden Anies Baswedan yang mengkritik insentif dan subsidi kendaraan listrik menjadi perhatian khalayak. Tapi di satu sisi penjualan mobil listrik nasional tengah mengalami pertumbuhan, bahkan sebelum kebijakan itu ada.
Berdasarkan data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil elektrifikasi di Indonesia menunjukkan tren positif sejak 2019.
Pada 2019 penjualan mobil elektrifikasi (hybrid, PHEV, BEV) mencapai 812 unit atau menyumbang 0,1 persen. Kemudian naik pada 2020 dengan pangsa pasar 0,2 persen atau mencapai 1.324 unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu 2021 pangsa pasar mobil elektrifikasi kembali tumbuh menjadi 0,4 persen atau sebanyak 3.205 unit.Angka distribusi mobil ramah lingkungan naik cukup signifikan menjadi 20.681 unit satu tahun kemudian.
Lihat Juga : |
Masih dalam data yang dirilis Gaikindo,jumlah penjualan BEV pada 2022 mencapai angka 10.327 unit. Jumlah penjualan itu melesat sekitar 1.403 persen jika dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan 687 unit penjualan BEV sepanjang tahun.
Lalu penjualan mobil hybrid di Indonesia tahun lalu mencapai 10.344 unit atau naik sekitar 318,4 persen dari 2021 yang hanya mencatat penjualan sebanyak 2.472 unit.
Anies mengkritisi bantuan pemerintah berupa subsidi dan insentif untuk pembelian kendaraan listrik di Indonesia. Anies bilang kebijakan itu tidak tepat jika tujuannya adalah menekan emisi karbon.
Bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menilai dorongan pemerintah lewat bantuan itu supaya masyarakat beralih ke kendaraan listrik tidak serta merta membuat lingkungan jadi lebih baik.
Anies juga mengklaim pembeli mobil listrik sebetulnya tidak membutuhkan bantuan tersebut.
Bagi Anies pemerintah seharusnya lebih dulu membenahi sektor transportasi umum bertenaga listrik. Anies mengklaim jejak karbon seseorang saat menggunakan kendaraan pribadi listrik lebih tinggi ketimbang angkutan umum dengan mesin konvensional.
"Kalau kami hitung apalagi ini, contoh ketika sampai pada mobil listrik, emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer sesungguhnya lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak," kata Anies akhir pekan kemarin.
Anies beranggapan bus bisa memuat banyak orang, sementara mobil hanya segelintir. Di sisi lain, menurut Anies subsidi pembelian mobil listrik justru hanya akan menambah kemacetan di jalan.
"Pengalaman kami di Jakarta, ketika kendaraan pribadi berbasis listrik dia tidak akan menggantikan mobil yang ada di garasinya, dia akan menambah mobil di jalanan, menambah kemacetan di jalanan," ujar Anies.
Bantuan pembelian kendaraan listrik telah telah diumumkan pemerintah pada 20 Maret. Untuk mobil listrik, bantuan diklaim telah berjalan sejak 1 April. Bantuan yang diberikan bukan subsidi melainkan insentif berupa potongan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelumnya 11 persen jadi 1 persen.
Saat ini baru dua mobil listrik yang bisa dibeli dengan insentif tersebut lantaran menyesuaikan syarat dan ketentuan pemerintah, yakni Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV dengan kuota hingga akhir tahun sebanyak 35.900 unit.