BRIN Sebut Teknologi Mirip Nikuba Sudah Ada, Cuma Jadi Penghemat BBM
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) belum mengetahui lebih lanjut mengenai teknologi Nikuba yang diklaim dapat mengubah air menjadi bahan bakar. Namun, pihak BRIN menyatakan bahwa teknologi serupa sudah dijual di pasaran dengan menggunakan sistem elektrolisis air.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu menjelaskan teknologi yang mirip-mirip dengan Nikuba sempat dilakukan oleh orang bernama Joko Santoso yang mengubah H2O menjadi HHO. Menurut Haznan alat yang dibuat Joko Santoso tetap memakai bahan bakar bensin, sedangkan HHO hanya untuk menghemat penggunaan bahan bakar.
"Ia (Joko) menggunakan air, tapi dia ubah air menjadi HHO, kalau air kan H2O. Dia menggunakan HHO sehingga hidrogen bisa digunakan untuk bahan bakar di kendaraan. Tapi dia juga tidak mengklaim bahwa air itu sebagai bahan bakar," kata Haznan dalam konferensi pers di kantornya beberapa waktu lalu.
"Dia cuma mengklaim bahwa ini cuma sebagai penghemat. Artinya dia pakai bahan bakar minyak, bensin, cuma airnya sebagai penghemat supaya bahan bakarnya enggak 100 persen terpakai," ujar dia menambahkan.
Oleh karena itu, ia belum bisa memastikan apakah teknologi Nikuba yang ditemukan Aryanto Misel merupakan sebuah inovasi atau bukan. Sebab, sebuah inovasi harus memiliki unsur kebaruan.
Haznan menambahkan, sampai saat ini Aryanto Misel belum mau menjelaskan bagaimana proses pembuatan Nikuba.
"Saya tidak bisa menilai apakah Nikuba punya kebaruan, karena kami belum pernah secara langsung teknologinya, dan Pak Misel pun sampai saat ini belum menjelaskan," tuturnya.
Sebelumnya, Nikuba temuan Aryanto Misel dikabarkan 'go international' setelah mendapat perhatian dari mancanegara. Teknologi ini mendapat kesempatan dikenal lebih jauh oleh sejumlah pabrikan otomotif asal Italia.
Aryanto dan tim kemudian berangkat ke Italia pada 16 Juni dan mempresentasikan inovasinya pada 18 Juni 2023.
Kemudian, setelah tiba di Indonesia dari Italia, muncul video viral wawancara Aryanto yang menyatakan ingin menjual Nikuba ke pihak asing seharga Rp15 miliar.
Aryanto ingin mendanai risetnya lewat kerjasama dengan pihak asing yang memang tertarik atas temuannya. Dengan dana itu, ia mau mendanai sendiri pengembangan riset tanpa bantuan siapa pun.
(dmr/dmr)