5 Motor Favorit Incaran Maling di Indonesia, Beat Sampai Nmax
Ada lima model sepeda motor merek Jepang di Indonesia yang dianggap memiliki sistem keamanan paling lemah. Hal ini diungkap kepolisian berdasarkan keterangan dari para pelaku pencurian.
Lima model motor tersebut adalah Honda Beat, Honda Vario, Honda Scoopy, Yamaha Mio, dan Yamaha Nmax.
"Berdasarkan keterangan dari para pelaku maka masyarakat harus tahu bahwa jenis sepeda motor yang selalu dijadikan sasaran pelaku pencurian," kata Kapolsek Tambora Komisaris Putra Pratama dalam keterangan tertulisnya dikutip Selasa (1/8).
Putra menerangkan para pelaku pencurian ini menilai lima motor tersebut memiliki sistem keamanan yang sangat lemah sehingga selalu dijadikan target operasi.
"Selain karena jenis kendaraan ini paling banyak digunakan masyarakat, hal ini disebabkan karena jenis kendaraan itulah yang fitur keamanan atau security system kendaraannya paling lemah," ungkap Putra.
Maka dari itu Putra beranggapan fitur keamanan yang tertanam pada sepeda motor semakin tak berguna. Fitur yang dimaksud ini adalah penutup lubang kunci bermagnet, atau pada produk motor Honda dinamakan Secure Key Shutter (SKS).
Bagi polisi fitur demikian makin mudah diakali penjahat, bahkan dapat dibobol dengan durasi sangat singkat, di bawah lima detik.
"Dari rekaman tersebut terlihat begitu mudahnya para pelaku mencuri sepeda motor hanya dalam hitungan detik. Saat ini, waktu yang dibutuhkan para penjahat ini untuk mencuri sepeda motor malah semakin cepat di bawah 5 detik," ucap Putra.
Putra mengatakan para pelaku kejahatan kasus pencurian motor ini akan membuka penutup kunci roda dua memakai alat berupa magnet yang kini dijual bebas.
"Fitur keamanan motor dengan tutup lobang kunci menjadi tidak berguna karena sangat mudah dibuka dengan bantuan alat biasa berupa magnet yang dijual bebas," ucap Putra.
Polres Jakarta Barat sebelumnya telah mengungkap kasus pencurian sepeda motor. Sepanjang Januari hingga Juli 2023, Polsek Tambora mengklaim menangkap 49 pelaku, termasuk enam enam orang yang diringkus pada Sabtu (29/7).
Berdasarkan pengakuan para tersangka, lokasi mereka biasa beroperasi sebagian besar dilakukan di Kota Tangerang, wilayah Jakarta Selatan, Depok, Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Bogor.
(fea)