Penerapan standar emisi Euro ke tingkat yang lebih tinggi dinilai sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas udara.
Hal ini juga yang Presiden Joko Widodo sampaikan terkait keinginannya meningkatkan standar emisi menjadi Euro 5 khususnya Jabodetabek.
Untuk diketahui, standar emisi kendaraan di Indonesia saat ini beragam. Misalnya, sepeda motor yang dijual di dalam negeri masih berstandar Euro 3 sejak diterapkan pertama kali Agustus 2013.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian mobil bensin Euro 4 mulai 2018 dan mobil diesel termasuk kendaraan komersial masuk Euro 4 pada 2022.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan penerapan standar emisi Euro bagi industri otomotif Tanah Air ke level lebih tinggi sebetulnya bukan sesuatu yang sulit.
Hal tersebut mudah dilakukan, sebab banyak perusahaan otomotif di Indonesia merupakan produsen global yang memang sudah mengadopsi standar emisi Euro 5, bahkan Euro 6 di berbagai negara.
"Itu hal bagus. Kalau mau ke Euro 5 oke, atau langsung ke Euro 6 juga bisa," kata Kukuh saat dihubungi, Selasa (29/8).
Kukuh juga memastikan industri otomotif sudah siap beralih asalkan mereka diberikan waktu untuk penyesuaian, lebih kurang tiga hingga empat tahun.
"Iya, tinggal ikutin saja, dan ada waktu penyesuaian 3-4 tahunan untuk implementasi," ucap Kukuh.
Kendati begitu, Kukuh mengatakan implementasi Euro 5 atau Euro 6 juga harus diiringi pemenuhan bahan bakar yang sesuai. Jika tidak, kata Kukuh penerapan standar Euro ini menjadi kurang maksimal.
"Tapi paling penting bahan bakar ada. Karena kalau sudah jalan, kami tentu tidak bisa mundur balik lagi," ucap dia.
Kukuh tak ingin kejadian yang sama terulang di mana penerapan standar emisi Euro 4 tak diimbangi dengan bahan bakar yang sesuai. Ia bilang sampai saat ini masih banyak bahan bakar tak sesuai standar Euro 4 beredar di pasar Indonesia.
Bahan bakar bensin Euro 4 memiliki spesifikasi kadar oktan minimal 91 dan nilai sulfur di bawah 50 ppm. Sedangkan bahan bakar diesel cetane number minimal 51 dan sulfur di bawah 50.
"Jadi jangan sampai kayak sekarang kita Euro 4 tapi sekarang masih banyak bahan bakar yang masih tidak sesuai. Ini kan mengganggu, mencapai apa yang diharapkan," ungkap Kukuh.
Sementara itu, Bob Azam, Wakil Presiden Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menilai peralihan standar emisi Euro ke level lebih tinggi seperti arahan Jokowi merupakan sesuatu yang baik. Kata dia ini dapat membantu mengurangi emisi gas buang dan menurunkan tingkat polusi udara.
"Jadi sebetulnya untuk kota yang padat harus pakai kualitas bahan bakar yang baik," kata Bob.
Ia bilang Indonesia juga seharusnya dapat mencontoh Thailand di mana mereka memiliki visi yang tepat untuk industri dan lingkungan. Kata Bob pemerintah Thailand tak perlu menunggu "bencana lingkungan" datang dalam merombak standar emisi.
"Seperti Thailand, kan dia tidak punya problem lingkungan, tapi kok dia pindahin dari 5 ke 6, karena dia punya visi. Kalau kita tunggu bencana dulu," ucap Bob.
Bob bilang dengan mengubah standar emisi tersebut, dampak yang dihasilkan bukan cuma udara bersih, melainkan juga dapat meningkatkan penghasilan dari sektor pariwisata. Sebab, Indonesia dapat memiliki nilai tambah di mata dunia yaitu kualitas udara yang baik.
Bob mengklaim industri otomotif di Indonesia khususnya Toyota siap beralih ke standar emisi Euro 5 bahkan Euro 6. Hal ini dinilai dapat meringankan produsen sebab mereka dapat menyeragamkan produksi kendaraan, baik untuk domestik maupun ekspor.