Geliat Mobil Listrik di China Mulai Merontokkan Merek Jepang

CNN Indonesia
Senin, 02 Okt 2023 07:02 WIB
Salah satu merek Jepang, Mitsubishi, sudah menyatakan mundur dari pasar China karena tak kuat bersaing kendaraan elektrifikasi.
Salah satu merek Jepang, Mitsubishi, sudah menyatakan mundur dari pasar China karena tak kuat bersaing kendaraan elektrifikasi.(REUTERS/TINGSHU WANG)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menggeliatnya pasar mobil listrik di China memberi dampak negatif terhadap merek Jepang sampai salah satu dari mereka telah memutuskan angkat kaki dan menutup pabrik di sana.

Produsen Jepang yang memutuskan pergi dari China saat ini adalah Mitsubishi. Pabrik Mitsubishi yang berdiri di provinsi Hunan pun sudah berhenti bekerja pada Maret dan operasinya tak akan dilanjutkan.

"Tidak ada jaminan kami bisa menghasilkan keuntungan di pasar kompetitif seperti China. Kami mungkin bakal memperburuk pendarahan dengan mencoba," kata seorang eksekutif Mitsubishi Motors, diberitakan Nikkei Asia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejalan keputusan itu Mitsubishi Motors akan menarik investasinya di GAC Mitsubishi Motors, perusahaan hasil patungan dengan produsen mobil besar di China, Guangzhou Automobile Group (GAC).

GAC memiliki 50 persen kepemilikan GAC Mitsubishi Motors, sedangkan Mitsubishi Motors sebesar 30 persen dan induk perusahaan Mitsubishi Corp sebesar 20 persen.

Meski begitu, GAC Mitsubishi Motors bakal tetap dipertahankan menjadi entitas korporasi.

Sebelum angkat kaki dari negeri tirai bambu, penjualan Mitsubishi terekam suram pada 2022 yaitu 38.550 unit atau surut 60 persen dari tahun sebelumnya.

Mitsubishi sempat ikut tren dengan meluncurkan SUV hybrid Outlander untuk memperbaiki keadaan kendati begitu penjualannya tetap berada di bawah proyeksi.

Dalam laporan Nikkei Asia, kondisi yang sama nampaknya tidak hanya dialami Mitsubishi. Merek Jepang lain disebut sedang mengalami kesulitan sehingga mereka bakal meninjau kembali strategi di China.

Tekanan lain

Kesulitan para pabrikan Jepang makin terasa setelah pemerintah setempat terasa lebih mendukung para perusahaan yang ikut rencana menjadikan China sebagai kekuatan otomotif berbasis kendaraan listrik.

Persaingan lantas makin panas usai para produsen melakukan perang harga yang meliputi pemberian diskon besar-besaran buat menyulut pembelian mobil baru. Upaya ini dilakukan agar pabrik tetap ngebul memproduksi mobil baru walau margin keuntungan makin kecil.

Berdasarkan data MarkLines, penjualan mobil penumpang di China pada 2022 mencapai 23,56 juta unit yang dikuasai merek lokal sebesar 50,7 persen, naik 5,2 persen dari 2021.

Produsen Jepang di China mendapatkan pangsa pasar 18,3 persen, turun 2,8 persen.

Kegelisahan akibat kondisi pasar yang tak menentu turut diungkap pabrikan Jepang lainnya, yaitu Nissan. Bukan tidak mungkin, merek Jepang yang menjadi rekan aliansi Mitsubishi tersebut turut mengemas koper keluar China.

"Kami tidak berada pada tahap di mana kami bisa untuk karena diskon besar. Kami mempertimbangkan pilihan kami, termasuk mengkaji semua strategi kami seperti kerja sama kami di China," Presiden dan CEO Nissan Motor Makoto Uchida.

Sementara itu Mazda sudah menghentikan operasional pabrik yang bekerja sama dengan FAW Group dan merombak semua jaringan dealer. Lalu GAC Toyota, perusahaan patungan dengan Toyota, sudah memberhentikan 1.000 karyawan pada Juli buat memangkas biaya operasional.

Sedangkan Hyundai dari Korea Selatan telah memutuskan menjual pabriknya di Chongqing.

[Gambas:Video CNN]



(ryh/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER