Daihatsu punya penetrasi pasar yang kuat di Jepang dan prefektur Chiba jadi prefektur dengan penjualan terlaris di Daihatsu. Di outlet tersebut, banyak mobil eksentrik dengan harga murah dijual.
Sebagai gambaran betapa luar biasanya penjualan di prefektur Chiba, prefektur tersebut mampu mempertahankan status sebagai prefektur dengan penjualan tertinggi dari seluruh 58 prefektur di Jepang.
Pantauan CNNIndonesia.com di salah satu outlet di Chiba, outlet tersebut tidak hanya menjual mobil-mobil baru melainkan juga mobil-mobil bekas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() Japan Mobility Show 2023 Menyelami Nostalgia Masa Lalu Bersama Kendaraan Klasik Daihatsu |
![]() |
Mobil-mobil andalan yang dijual outlet tersebut mayoritas adalah kei car. Model-model yang ditampilkan benar-benar menarik mata.
Salah satunya adalah Daihatsu Copen keluaran terbaru. Dari banderol yang ada, mobil tersebut dihargai 1.991.352 alias Rp211,9 juta.
Daihatsu Copen merupakan jenis kei car dengan kapasitas mesin 658cc. Mobil bergaya sporty ini jelas menarik mata calon pembeli.
Kapasitas mesin yang terbilang kecil ini pula yang kemudian berdampak pada banderol harga yang dipasang. Beda halnya dengan ukuran cc mobil di Indonesia yang ada di 1.000 cc ke atas.
Untuk ukuran orang Jepang, harga mobil tersebut juga terbilang murah karena pendapatan per kapita Jepang adalah Rp538 juta pada tahun 2022. Sebagai perbandingan, pendapatan per kapita Indonesia ada di angka Rp72,8 juta.
Artinya dalam satu tahun, pendapatan per kapita orang Jepang bisa setara dengan pembelian tiga mobil Daihatsu Copen. Sedangkan dengan ukuran yang sama, pendapatan per kapita orang Indonesia pun belum cukup untuk membeli satu unit mobil.
Sedangkan di deret mobil second, harga yang ada pun terbilang makin terjangkau. Salah satu mobil yang dipajang dibanderol dengan harga 1.077.000 yen alias Rp114,5 juta.
![]() |
Namun di Jepang sendiri ada aturan ketat yang mengikat soal penggunaan mobil. Dikutip dari Bloomberg, tiga tahun setelah membeli mobil, mobil tersebut akan diinspeksi dan inspeksi terus berjalan selama dua tahun sekali.
Sedangkan setelah usia mobil mencapai 10 tahun atau lebih, inspeksi akan dilakukan satu tahun sekali. Hal ini yang membuat mayoritas orang Jepang akan melepas mobil mereka dan membeli yang baru.
Tak jarang mobil yang sudah berusia lebih dari 10 tahun dihancurkan lantaran biaya pemeliharaannya bakal semakin mahal.