Bagaimana Nasib Mobil Listrik di Indonesia Bila Subsidi Disetop?

CNN Indonesia
Minggu, 03 Des 2023 09:30 WIB
Para Agen Pemegang Merek mengomentari situasi bila penjualan mobil listrik di Indonesia tak diberikan subsidi. (SGMW Motor Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) menanggapi apa jadinya mobil listrik di Indonesia tanpa subsidi dari pemerintah.

Subsidi mobil listrik sudah diberlakukan pemerintah sejak 1 April 2023 bagi masyarakat yang hendak membeli mobil listrik baru.

Subsidi itu diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38 Tahun 2023 berupa diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen sehingga yang perlu dibayar cuma 1 persen.

Mobil listrik yang bisa dibeli menggunakan subsidi itu terbatas, yakni hanya yang memenuhi syarat diproduksi di dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.

Saat ini cuma ada dua mobil listrik yang menerima subsidi ini, yakni Wuling Air EV dan Hyundai Ioniq 5.

Upaya mendongkrak penjualan mobil listrik seperti ini bukan cuma terjadi di Indonesia saja. Berbagai negara Thailand, India, Jerman, Korea Selatan dan China sudah punya inisiatif lebih dulu.

Dampaknya pembelian melonjak saat diberlakukan subsidi. Di China misalnya, laporan pWc menyebut sudah ada 4,4 juta mobil listrik sejak 10 bulan terakhir.

Namun kendati China sangat dominan penjualan mobil listrik di negara itu mengalami tren penurunan selama beberapa bulan terakhir karena subsidi dihentikan.

Lalu bagaimana dampaknya bila subsidi mobil listrik di Indonesia berhenti?

Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy mengatakan adanya subsidi pemerintah untuk mobil listrik merupakan bentuk dukungan untuk pasar dalam negeri.

Apabila tak ada subsidi, Anton menilai adopsi mobil listrik di Indonesia bakal berjalan lambat. Salah satunya karena harga mobil listrik relatif mahal.

Toyota sendiri sudah menjual mobil bertenaga listrik (BEV) di Indonesia seperti bZ4X. Namun mobil ini tak mendapatkan subsidi karena tak memenuhi syarat sehingga harganya lumayan mahal yaitu Rp1,19 miliar.

"Karena cost-nya yang masih tinggi jadi bisa lebih terjangkau dari sisi harga, jadi kami melihatnya tentu tanpa support, maka kemungkinan adopsinya bisa berkurang," kata Anton kepada CNNIndonesia.com, Kamis (30/11).

Tak cuman lewat subsidi saja. Mengerek daya beli menurut Anton juga bisa lewat kebijakan lain seperti halnya regulasi aturan bebas ganjil-genap di Jakarta, maupun gencar pengembangan charging station.

"Harapan kami tentunya sama dengan harapan pelaku industri otomotif lainnya dan juga industri lainnya agar pemilihan presiden berlangsung lancar dan damai," kata Anton.

"Kami berkeyakinan roda perekonomian akan berputar lebih baik lagi karena pemerintah baru ingin Indonesia menjadi lebih baik. Karenanya, kami berharap pemerintahan terpilih dapat memberikan kebijakan yang dapat menumbuh kembangkan pasar otomotif Indonesia di atas 1 juta unit per tahun," ucap dia lagi.

Sementara itu Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto berharap pemerintah bisa konsisten mendukung industri mobil listrik.

"Mobil listrik sebagai mobil berteknologi tinggi dan relatif masih baru di industri otomotif Indonesia membutuhkan dukungan dari pemerintah agar bisa berkontribusi lebih besar lagi," tuturnya, Kamis (30/11).

Indonesia sendiri saat ini berada di peringkat 19 dari 20 negara dengan penjualan mobil listrik terbesar di dunia selama Januari-Oktober 2023 menurut data yang dikumpulkan konsultan PricewaterhouseCoopers (pWc). Indonesia menjual 10 ribuan unit mobil listrik selama periode itu.

Jelas, angka itu terbilang minim. Angka yang jauh dari penjualan mobil listrik di China yang tembus jutaan unit sejak Januari hingga Oktober.

Brand & Marketing Director Wuling Motors Dian Asmahani menjelaskan tanpa subsidi pasti bakal berdampak pada mobil listrik. Meski begitu untuk mengukur efeknya dia bilang harus ada kajian dulu.

"Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi penjualan mobil listrik termasuk insentif yang diberikan oleh pemerintah pun termasuk di dalamnya. Menurut kami tentu ada dampaknya namun harus dikaji terlebih dulu. Namun kami percaya bila tren mobil listrik akan terus bertumbuh," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Jumat (1/12).

Dian juga masih optimistis masyarakat masih tertarik beralih ke mobil listrik seiring meningkatnya kesadaran menjaga kelestarian lingkungan dan juga beragam insentif yang dirasakan pengguna.

Menyoal infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik (SPKLU) yang masih minim di Tanah Air, ia juga berharap bakal terus berkembang dengan kolaborasi pemerintah dan pelaku industri.

Terlebih, kata dia, saat ini kendaraan listrik masih menjadi segmen kendaraan dengan energi baru yang terus bertumbuh di Indonesia.

"Kami merasa hal tersebut masih sejalan dengan roadmap pemerintah untuk NZE pada 2060, yakni penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi," kata dia.



(can,fea/mik)


Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: "Hujan" Mobil Listrik di Bulan Juni

KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK