Penjualan kendaraan listrik di Thailand pada 2023 tercatat 100.219 unit, ini mengalami kenaikan sebanyak lima kali lipat ketimbang hasil 2022 sebanyak 20.816 unit.
Berdasarkan data Electric Vehicle Association of Thailand (EVAT), hasil itu terdiri dari 76.366 unit mobil penumpang listrik dan 21.937 unit sepeda motor listrik.
Rekaman juga menghitung 1.218 unit kendaraan listrik transportasi publik, 276 unit truk listrik ringan dan 432 unit tuk tuk listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Menurut penjelasan Just Auto, akselerasi penjualan kendaraan listrik di Thailand ini disulut insentif dan diskon pajak impor yang disediakan pemerintah Thailand.
Thailand, yang merupakan pesaing Indonesia di ASEAN urusan segala otomotif, menargetkan sebanyak 30 persen kendaraan produksi lokal berupa jenis nol emisi pada 2030.
Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan baru, EV3.5, yang akan berlaku pada awal 2024 hingga 2027, yakni memangkas subsidi pembelian kendaraan listrik menjadi hanya 50 ribu baht (Rp22 juta) - 100 ribu baht (Rp44 juta) untuk model yang menggendong baterai minimal 50 kWh.
Sedangkan kendaraan listrik yang lebih kecil sekarang mendapatkan subsidi 20 ribu baht (Rp8,8 juta) sampai 50 ribu baht (Rp22 juta).
Secara khusus penjualan mobil listrik di Thailand pada 2023 didorong model impor merek China. Terutama BYD yang mengantongi penjualan 30.500 unit atau nyaris 50 persen total pasar mobil listrik.
Penjualan BYD di Thailand terdiri dari Atto 3 yang laku 12.500 unit serta sisanya Dolphin dan Seal. BYD sudah mengumumkan Atto 3 diproduksi lokal pada awal bulan ini.
Selain BYD, pemain kunci mobil listrik lainnya di Thailand juga merek China, yakni Neta yang menjual 12.780 unit, SAIC-MG 12.760 unit dan Great Wall Motors 6.750 unit. Sementara Tesla juga melego 8.200 unit pada 2023.
Pemerintah Thailand mengestimasikan impor mobil listrik bakal meningkat tajam pada tahun ini sebelum produksi lokal, antara 350 ribu unit sampai 525 ribu unit, bakal dilakukan pada 2026.
(fea)