Salah satu keuntungan utama punya mobil listrik yakni tak perlu isi bensin di SPBU. Energi yang mesti diisi ulang adalah listrik, yang harganya jauh lebih murah ketimbang beli Bahan Bakar Minyak (BBM).
Perjalanan menggunakan mobil listrik bakal jauh lebih murah dari mobil konvensional yang mengisi bensin. Hitung-hitungan ini didasari seberapa jauh jarak tempuh yang didapat menggunakan jenis energi masing-masing kemudian dihitung biayanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu penjual mobil listrik di dalam negeri, Neta Auto Indonesia, memberi contoh perbandingan kalkulasi biaya pemakaian.
Pada V, satu-satunya mobil listrik yang dijual Neta di Indonesia saat ini, klaim jarak tempuhnya menggunakan baterai terisi penuh adalah 401 kilometer. Baterai yang dibawa ukurannya 40,7 kWh.
Neta mengatakan pengisian baterai V menggunakan SPKLU hingga penuh menghabiskan biaya Rp70 ribu. Ini berarti asumsinya harga pengecasan Rp1.719 per kWh.
Bila V dipakai sejauh 20.000 kilometer per tahun, maka dikatakan biaya ngecas yang diperlukan sekitar Rp3,5 juta atau Rp290 ribu per bulan.
Hitungan itu didapat dari 20.000 kilometer dibagi 401 kilometer maka hasilnya sekitar 50 kali pengecasan selama setahun. Kemudian 50 kali pengecasan dikali Rp70 ribu maka jumlah biayanya Rp3,5 juta.
"Perbandingan ini cukup signifikan dan tentunya lebih hemat dibandingkan dengan mobil konvensional dimana pada kelas small SUV, memerlukan biaya bahan bakar mulai dari Rp26.000.000 per tahun atau sekitar Rp 2.200.000 per bulan. Dengan demikian, mobil listrik Neta V menawarkan penghematan hingga 87 persen dari segi bahan bakar," tulis Neta Auto Indonesia dalam keterangan resminya, Selasa (6/2).
Neta Auto Indonesia juga memaparkan konsumen mobil listrik mendapat penghematan waktu cas jika punya fitur DC Fast Charging seperti V. Pengecasan daya baterai dari posisi 30 persen ke 80 persen diklaim cuma perlu 30 menit.
Hitungan biaya ngecas mobil listrik seperti ini bisa jadi gambaran tetapi perlu dipahami kenyataan mungkin sangat berbeda dari di atas kertas.
Kemampuan mobil listrik mencapai klaim jarak tempuh terjauhnya bisa tak sesuai ketika dipakai konsumen sendiri. Efisiensi daya baterai mobil listrik juga tergantung gaya mengemudi dan situasi di jalan.
Semakin boros daya baterai saat dipakai berarti butuh lebih sering mampir ke SPKLU. Walau biaya keseluruhan ngecas bisa saja tetap lebih kecil dari isi bensin, namun hal ini perlu dipertimbangkan konsumen.
(fea)