Hyundai Motors Indonesia (HMID) membantah terjadinya perang harga mobil listrik dengan merek China yang dipasarkan di Indonesia.
Chief Marketing Officer Hyundai Motors Indonesia Budi Nur Mukmin mengatakan perang dagang bukanlah kata yang tepat untuk mencerminkan kondisi maraknya mobil listrik China di Indonesia yang dijual relatif murah.
"Karena setiap brand itu kan punya strategi sendiri. Mereka punya strategi sendiri. Mereka ingin masuk ke segmen yang mereka ingin tuju," kata dia di Jakarta, Rabu (20/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan Hyundai juga punya strategi sendiri menjual mobil listrik di segmen yang mereka tuju sesuai karakteristik produk.
"Jadi dengan strategi itu, dengan approach yang mereka lakukan saya tidak bisa menyebut apakah itu sebagai definisi perang harga harus didefinisikan secara pasti. Karena setiap merek memang punya strategi sendiri gitu," tuturnya.
Sementara Chief Operating Officer HMID Fransiscus Soerjopranoto mengatakan Hyundai punya strategi yang disebut lebih agresif yaitu dengan mengenalkan sederet produk yang mengisi kekosongan di berbagai segmen masyarakat.
"Justru kalau ditanya apa sih strateginya Hyundai ke depannya, yang pertama pasti kita akan agresif juga untuk memperkenalkan produk lain. Nah kita akan ngisi layer-layer yang masih kosong," ucapnya.
Kemudian, Hyundai mengklaim akan membangun ekosistem. Bisa melalui pembangunan stasiun pengisian baterai maupun pabrik baterai di Indonesia.
"Nah kita akan yang paling lengkap di situ. Nah itu yang kita anggap sebagai strategi kita dalam memasuki pasar," tukasnya.
Apabila ada 'pemain baru' yang menjadi kompetitor, kata dia, tak akan terjadi yang namanya perang harga.
"Jadi enggak harus serta-merta bahwa ada mobil masuk kompetitor masuk terus kemudian terjadi yang namanya perang harga. Masing-masing punya posisinya," ujarnya.
Di samping itu Fransiscus mengatakan Hyundai juga punya strategi berbeda dari produsen lainnya. Misal salah satu produsen ada yang menjual mobil listriknya di angka Rp189 juta saat pengumuman.
Namun, kata dia, keesokan harinya harga mobil disunat Rp100 ribu agar memberikan harga yang beda dari saat pengumuman.
"Jadi kalau teman-teman ingat di GIIAS, ada satu brand yang mengeluarkan harga Rp189 juta. Besok harinya keluar Rp188,9 juta. Hyundai tidak bermain seperti itu," katanya.
Sebelumnya, sederet pabrikan mobil asal China ramai-ramai membanjiri pasar otomotif dalam negeri. Beberapa di antaranya menjual mobil listrik dengan harga relatif murah dibanding Hyundai.
Mulai dari Wuling, BYD, Seres, Chery, Greet Wall Motor (GWM) hingga Neta. Bahkan BYD membanderol mobil listrik seri termewahnya yaitu Seal dengan harga mulai Rp629 - Rp712 juta.
Sedangkan Hyundai menjual mobil sedan listriknya mulai dari Rp1,1 hingga 1,2 miliar. Pilihan lain dari Hyundai, Ioniq 5, dijual mulai dari Rp 681,9 juta untuk varian dasar Standard Range Prime, sedangkan varian tertinggi Ioniq 5 Batik dengan harga Rp902,4 juta.