Toyota mengamini pernyataan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) terkait peluang produsen mobil hybrid angkat kaki dari Indonesia lantaran tidak mendapat dukungan insentif sebagai upaya mengemukakan pasar.
Menurut Wakil Presiden Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan apa yang disampaikan Gaikindo merupakan sebuah kewajaran, berangkat dari kekhawatiran atas situasi yang terjadi di Indonesia saat ini.
"Ya lihat saja, saksikan saja. Itu sih wajar di mana dia berkembang, di situlah ekosistemnya berkembang," kata Bob di ICE BSD, Jumat (26/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Kendati demikian ia percaya pemerintah bakal membuat keputusan tepat terkait usulan insentif mobil hybrid. Kata Bob dalam merumuskan sebuah regulasi, pemerintah pasti tak akan gegabah sebab semua harus dipertimbangkan secara matang.
Menurut Bob hal tersebut berkaca dari kebijakan sebelumnya saat pemerintah menghapus Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil baru dengan tujuan mengerek pasar di tengah masa sulit pandemi.
"Tapi saya yakin pemerintah sudah mempertimbangkan secara sungguh-sungguh, diputuskan di kabinet. Karena kalau ada satu yang enggak setuju mah repot," kata dia.
"Ya sama seperti luxury tax PPnBM, itu kan sudah lama diusulin baru disepakatin beberapa bulan kemudian. Sudah hilang 8 bulan padahal kalau itu bisa cepat (diterapkan) mungkin Indonesia ceritanya bisa lain sekarang," katanya menambahkan.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi sebelumnya mendesak pemerintah bergerak cepat merealisasikan insentif pajak mobil hybrid di Tanah Air.
Menurut Nangoi desakan ini bukan tanpa alasan sebab pihaknya khawatir iklim investasi dari para pelaku industri otomotif terganggu jika insentif mobil hybrid tak kunjung cair. Nangoi bilang insentif mobil hybrid sangat diperlukan karena penjualannya di Indonesia terus berkembang.
"Kalau kami lihat negara tetangga memberikan insentif untuk mobil hybrid. Kalau kami tidak berhati-hati, kami khawatir mereka bisa mengalihkan produksinya ke negara-negara tersebut," ucap Nangoi di GIIAS 2024, ICE BSD, Kamis (18/7).
Lihat Juga : |
Bob menambahkan Indonesia harus menjadi pemain utama pada pasar otomotif Asia. Ia mengatakan capaian para produsen di Tanah Air saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Terus terang Indonesia itu sudah dekat jadi leader otomotif ASEAN. Sudan pernah mencapai 1.4 juta unit, Thailand kan 1.7 juta unit. Ya beda 300 harusnya bisa lah dikit lagi Indonesia bisa jadi pemimpin," kata Bob.
(ryh/fea)