Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyebut truk kelebihan muatan dan dimensi (ODOL) menjadi biang kerok pembengkakan anggaran perbaikan jalan.
Dudy mengatakan setiap jalan yang dibuat sudah disesuaikan standar tonasenya. Namun, truk-truk itu kelebihan muatan dan menambah beban yang diterima jalan.
"Untuk pemeliharaan infrastruktur saja yang disebabkan oleh kerusakan jalan itu, itu kurang lebih sebesar Rp43,4 triliun per tahun. Jumlah yang cukup besar," kata Dudy dalam bincang-bincang bersama wartawan di Jakarta Selatan, Kamis (26/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dudy mengibaratkan sebuah jalan mungkin diproyeksikan bisa bertahan 10 tahun sebelum diperbaiki. Namun, truk ODOL memangkas usia jalan itu menjadi tiga tahun, bahkan satu tahun.
Kerugian tak hanya dari segi anggaran. Dudy mengatakan ada sekitar 6 ribu orang korban meninggal dunia dalam kecelakaan yang melibatkan angkutan barang.
"One is too many, satu nyawa itu terlalu banyak untuk kita korbankan. Sehingga kita memahami, tapi juga kita harus peduli terhadap keselamatan,"
Hal yang sama juga disampaikan Direktur PT Jasa Marga Tbk. Rivan Achmad Purwantono. Dia berkata truk ODOL menjadi penyumbang jalanan rusak di berbagai jalan tol.
Berdasarkan data jembatan timbang elektronik atau weight in motion (WIM) Jasa Marga di tujuh ruas tol, 75 persen truk mengalami kelebihan muatan dan dimensi. Mereka biasanya melintas di lajur 1 dan 2.
"Dari pengalaman kami, di jalan ruas tol itu selalu lajur 1 dan 2 adalah lajur yang paling sering harus di-overlay atau rusak," ujarnya.
(fea)