Sejumlah pedagang mobil bekas menyuarakan keresahan mereka terhadap tren mobil listrik. Isu utama yang dikeluhkan adalah soal harga jual kembali yang dinilai terlalu fluktuatif.
Salah satu curahan hati datang dari konten kreator TikTok @dreelitegarage yang juga merupakan pedagang mobil bekas di Dre's Elite Garage. Dalam unggahan videonya, ia mengungkap bahwa banyak pedagang kini memilih tidak membeli atau menjual mobil listrik karena tingginya risiko kerugian.
"Sekarang sih gua kalau mobil listrik, gua kalau ditawarin ya, kayaknya agak berat sih kita mau nawar juga. Soalnya gini ya, misalnya kita nawar nih ikut pasaran yang sekarang, tiba-tiba barunya dibanting," katanya dalam unggahan TikTok pada Selasa (8/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah utama, menurut dia, terletak pada ketidakpastian harga baru dari pabrikan. Ia menyebut strategi turun harga yang agresif dari sejumlah merek mobil listrik membuat pedagang sulit memprediksi nilai pasarnya.
"Sekarang antara jual modal atau jual rugi atau nyangkut terus ya kan. Sama kayak brand-brand yang lain tuh, kayak misalnya BYD barunya juga dihantam habis-habisan guys," ujar dia.
Ia bahkan menyebut bahwa depresiasi mobil listrik bisa mencapai ratusan juta hanya dalam waktu singkat. Fluktuasi ini membuat pedagang semakin ragu.
"Jadi, kalau mobil listrik ya yang kayak baru setahun pakai gitu ya, kita ngecek harganya juga bingung. Soalnya setahun pakai aja kalian lihat sendiri deh, mobil 500, 600 (juta) aja tuh ruginya tuh Rp200 (juta) lebih," katanya.
Fluktuasi harga yang begitu cepat membuat pedagang kesulitan menyusun strategi jual-beli. Mereka harus berpikir ulang sebelum memutuskan membeli unit listrik untuk dijual kembali.
"Jadi kita mau ngikutin harga mobil listrik itu bingung. Hitungan hari, hitungan minggu, enggak usah sampai hitungan bulan ya, harganya bisa berubah. Jadi gua rasa emang pedagang-pedagang mobil bukan gak mau beli mobil listrik cuman mereka wait and see aja," pungkasnya.
Teknologi baru tapi harga makin murah
Pendapat serupa juga disampaikan Jany Candra, Presiden Direktur PT Autopedia Sukses Lestari Tbk., Ia mengungkap alasan mengapa dealer mobil bekas masih enggan menjual mobil listrik.
"Supply mobil bekas listrik masih sedikit, karena peningkatan penjualan mobil listrik baru terjadi 2-3 tahun terakhir, biasanya supply mobil bekas akan mulai banyak kalau masa kredit sudah lunas atau ditahun ke 4 atau 5," ujarnya kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi pada Jumat (18/7).
Jany menambahkan soal ketidakpastian harga mobil listrik bekas yang membuat pedagang ragu. Menurutnya, perkembangan teknologi memicu depresiasi lebih cepat.
"Pergerakan harga mobil bekas listrik yang masih belum stabil yang disebabkan oleh perkembangan produk baru dengan teknologi baru tetapi harga sama atau malah lebih murah yang sangat cepat menyebabkan harga mobil bekas listrik dengan teknologi lebih lama menurun signifikan," lanjutnya.
Selain soal harga, ia menyoroti soal ketidakpastian perawatan dan layanan purna jual. Hal ini menurutnya turut memengaruhi minat konsumen terhadap mobil listrik bekas.
"Selain itu ketidakpastian mengenai biaya perawatan dan kesiapan purna jual juga mempengaruhi minat pembeli mobil bekas listrik," katanya.
Jany juga menilai pengetahuan pedagang soal teknis mobil listrik masih terbatas. Hal ini membuat mereka lebih hati-hati agar tak salah beli unit.
"Pengalaman dan keahlian dealer mobil bekas dalam melakukan penilaian terhadap kualitas dan kondisi kendaraan yang masih terbatas, dibandingkan dengan mobil ICE. Sehingga dealer menghindari resiko 'salah' membeli kendaraan," pungkasnya.
(job/fea)