Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan kritik tajam terhadap kampanye iklan Jaguar yang dinilainya terlalu mengusung narasi 'woke'.
Istilah woke mengacu pada sindiran kalangan konservatif terhadap konten yang dianggap terlalu menekankan isu sosial, seperti inklusivitas gender, keberagaman identitas atau nilai-nilai yang melawan norma konservatif tradisional.
Kata woke digunakan Trump sebagai bentuk penolakan terhadap kampanye pemasaran yang dianggap lebih sibuk mengangkat tema sosial ketimbang mempromosikan produk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istilah tersebut, yang awalnya berarti 'sadar secara sosial', kini banyak dipakai secara negatif untuk menyerang segala bentuk kampanye yang dinilai terlalu politis, terlalu liberal, atau terlalu fokus pada isu identitas.
Trump menyebut iklan Jaguar tersebut memalukan karena tidak menampilkan satu pun mobil Jaguar, melainkan hanya menonjolkan model-model berpenampilan androgini atau seseorang dengan karakter fisik atau gaya yang mengaburkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu penggunaan slogan dinilai tak jelas seperti live vivid atau ungkapan gaya hidup yang berarti 'hidup penuh warna' atau 'hidup secara ekspresif'.
Gaya iklan itu sendiri disebut avant-garde, istilah yang digunakan untuk menyebut pendekatan seni atau desain yang eksperimental, tidak konvensional dan sering kali sulit dipahami masyarakat awam.
"Siapa yang mau beli Jaguar setelah melihat iklan memalukan itu?" Tulis Trump dalam unggahannya di platform Truth Social, seperti dikutip dari CNN, Rabu (6/8).
Trump mengkritik pendekatan tersebut karena menurutnya tidak menjual mobil, melainkan ideologi. Kritik ini muncul seiring kekhawatiran dari sebagian pihak konservatif bahwa perusahaan besar lebih mengutamakan citra sosial-politik ketimbang fokus pada produk inti mereka.
Ia juga mengklaim bahwa iklan tersebut telah menyebabkan kehancuran nilai perusahaan hingga miliaran dolar.
Jaguar belum merespons secara resmi atas kritik tersebut.
Jaguar Land Rover (JLR) saat ini dimiliki Tata Motors, perusahaan asal India yang mengakuisisi merek tersebut dari Ford pada 2008.
Jaguar tidak memiliki kapitalisasi pasar sendiri karena bukan perusahaan publik. Sementara Tata Motors sebagai induk usaha justru tetap stabil dengan valuasi sekitar US$28 miliar.
Meski begitu, Jaguar memang sedang berada di tengah masa transisi besar. Sejak 2024, merek mobil mewah asal Inggris ini menghentikan seluruh produksi mobil konvensional sebagai langkah untuk bertransformasi menjadi produsen kendaraan listrik penuh.
Keputusan itu membuat Jaguar tidak menjual satu pun unit mobil sejak tahun lalu. Maka wajar jika laporan Asosiasi Produsen Mobil Eropa mencatat penjualan Jaguar di April 2025 anjlok hingga 97,5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski penurunan itu bisa dijelaskan, berita tersebut tetap memicu respons keras dari Trump dan sejumlah tokoh konservatif. Di luar iklan kontroversial, Jaguar juga memilih jalur yang tak lazim untuk memperkenalkan masa depannya.
![]() |
Pada akhir 2024, Jaguar memamerkan mobil konsep Type 00 dalam acara Miami Art Week, bukan di pameran otomotif. Model ini memang tidak ditujukan untuk diproduksi, melainkan menjadi gambaran arah desain masa depan Jaguar.
Jaguar hingga kini belum mengumumkan kapan akan memulai kembali produksi mobil untuk pasar.
Pekan lalu, CEO Jaguar Land Rover Adrian Mardell resmi mengundurkan diri setelah 35 tahun berkarir di perusahaan. Ia meninggalkan posisi puncak setelah berhasil memangkas utang miliaran dolar dan membawa JLR mencetak laba selama sembilan kuartal berturut-turut, didorong oleh penjualan SUV.
Sebagai penggantinya, Tata Motors menunjuk P.B. Balaji yang saat ini menjabat CFO Tata. Sebagai CEO Jaguar Land Rover yang baru, ia akan mulai menjabat pada November 2025.
(job/fea)