Mobi Listrik Terlalu Istimewa, Insentif Mobil Hybrid Dinilai Tak Adil

CNN Indonesia
Rabu, 26 Nov 2025 15:00 WIB
Insentif untuk mobil hybrid dinilai pengamat otomotif belum adil dibanding mobil listrik.
Insentif untuk mobil hybrid dinilai pengamat otomotif belum adil dibanding mobil listrik. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat otomotif menilai pemerintah perlu mengubah insentif yang saat ini menganak emaskan mobi listrik (BEV) ketimbang jenis elektrifikasi lainnya seperti hybrid (HEV). Perubahan ini diperlukan sebab penjualan mobil nasional tengah turun dan diperkirakan tak bisa mencapai target 900 ribu unit.

Riyanto, peneliti senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), mengatakan kebijakan buat mobil hybrid dengan insentif hanya 3 persen belum adil dibanding mobil listrik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini mobil hybrid mendapatkan insentif diskon pajak penjualan barang mewah (PPnBM) 3 persen yang akan selesai pada akhir tahun.

Sementara mobil listrik mendapatkan insentif berupa PPnBM 0 persen dengan syarat diproduksi di dalam negeri. Selain itu ada Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 10 persen sehingga PPN hanya ditagih 1 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mobil listrik juga lebih istimewa dari mobil hybrid karena tidak terbebani Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

Sedangkan mobil hybrid kena PPN, PKB, BBNKB dan opsen.

Masih ada lagi insentif yang didapat mobil listrik, yaitu insentif pembebasan bea masuk impor sebesar 50 persen sehingga cukup kena pajak 12 persen dari harusnya 77 persen. Meski begitu insentif itu akan habis pada tahun ini.

"Segmen ini perlu diberikan kebijakan yang lebih fair dengan basis reduksi emisi dan TKDN. Insentif untuk HEV saat ini belum fair," kata Riyanto di keterangan resmi, Rabu (26/11).

Menurut Riyanto Dorongan terhadap insentif mobil hybrid sekarang lebih relevan karena produsen yang memproduksi model hybrid di dalam negeri semakin banyak dan bukan cuma merek Jepang.

Honda sudah merakit HR-V e:HEV di pabriknya di Karawang, sedangkan Wuling Indonesia memproduksi Almaz Hybrid di Bekasi.

Paling baru, Toyota memproduksi Veloz HEV di Pabrik Karawang dengan TKDN lebih dari 80 persen. Kehadiran Veloz HEV menambah jajaran mobil hybrid Toyota yang produksi lokal di Indonesia.

Sebelumnya, Toyota Indonesia sudah memproduksi Kijang Innova Zenix HEV pada 2022 dan Yaris Cross HEV pada 2023 di pabrik Karawang Jawa Barat.

Riyanto menilai penjualan mobil hybrid pada 2026 bakal berkembang, terutama karena insentif bebas bea masuk untuk mobil listrik berakhir tahun ini. Selain itu mobil hybrid dirasa bakal lebih mudah diterima masyarakat sebab belum semua wilayah memiliki Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

"Yang jelas tahun depan HEV akan lebih baik dari tahun ini, karena tahun ini BEV CBU yang penjualannya menggerus pasar BEV CKD dan juga HEV. Estimasi saya kalau HEV bisa 5 persen market sharen-ya. Beberapa pemain yang tadinya hanya menjual BEV akan menawarkan HEV, jadi akan banyak variasi model dari yang kecil sampai yang besar," tutur Riyanto.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita belum lama juga menyatakan dukungannya untuk sektor otomotif yang disebut punya efek berlipat tinggi terhadap sektor lain dalam ekonomi nasional. Agus bilang siap mengusulkan insentif dan stimulus untuk otomotif tahun depan.

"Kemenperin sekarang dalam proses merumuskan usulan yang akan diajukan pemerintah, dalam hal ini Menko Perekonomian. Kami sedang menggodok kebijakan insentif dan stimulus untuk sektor otomotif yang akan kami ajukan untuk kebijakan fiskal 2026," ujar Agus.

(fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER