Bagaimana Menghindarkan Anak dari Sexting

CNN Indonesia
Kamis, 12 Nov 2015 16:03 WIB
Seorang Ibu kaget mengetahui putrinya yang masih duduk di SD dipaksa oleh teman-temannya untuk mengirimkan foto tak berbusana. Bagaimana mencegah itu?
Ilustrasi (tookapic/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah cerita yang memprihatinkan sedang banyak dipergunjingkan orang di Facebook beberapa hari lalu. Seorang Ibu terkaget-kaget mengetahui putrinya yang masih duduk di SD dipaksa oleh teman-temannya untuk mengirimkan foto tak berbusana. Untung si anak akhirnya bercerita sebelum segalanya terlambat.

Kita tak tahu sudah seberapa banyak kejadian ini menimpa anak-anak di sekitar kita. Yang terjadi itu adalah adalah semacam sexting, yaitu aktivitas yang melibatkan perilaku berbicara cabul via pesan instan atau pesan pendek, berbagi konten pornografi, atau ajakan untuk melakukan seks.

Kalau ingin membandingkan dengan di Amerika Serikat, mungkin kita bisa berkaca. Ada laporan, seperti dikutip oleh New York Times pada Selasa (10/11) lalu, bahwa 100 siswa di SMA Canon City, saling bertukar foto dirinya sendiri yang tak berbusana.

Lalu, mari lihat lagi fakta hasil penelitian tahun 2012 yang dilakukan di tujuh sekolah menengah di Texas. Ternyata 28 persen siswa telah mengirimkan foto diri mereka sendiri yang tak berbusana, baik melalui pesan teks atau email kepada orang lain.

Padahal, alangkah berbahayanya sexting bagi anak-anak kita. Karena mereka rentan jadi korban pelecehan seksual, incaran predator paedofilia, terlibat seks pranikah, dan sebagainya. 

Apa upaya yang bisa kita lakukan? Entah sebagai orang tua atau guru?

Pertama, bicaralah dengan mereka. Ajak mereka bicara tentang tren sexting atau semacamnya di antara mereka. Galilah cerita mereka tentang fenomena tersebut. Lalu tanyakan sikap mereka tentangnya dan apa yang akan mereka lakukan kalau ada teman-temannya yang mengirimkan sexting atau meminta mereka melakukan sexting.

Kedua, ceritakan tentang bahaya di dunia maya. Bahwa sekali foto vulgar terkirim, ia takkan mungkin bisa ditarik kembali dan akan sampai kepada siapa saja, tidak hanya teman yang mereka kirimi. Juga jelaskan bahayanya bertemu dengan seseorang yang baru dikenal via online. Jangan biarkan mereka bertemu sendiri.

Ketiga, pahami bagaimana remaja itu melakukan sexting. Soalnya, tak jarang mereka berkirim sexting dengan bahasa-bahasa, yang hanya mereka yang tahu. Biasanya memakai akronim atau singkatan-singkatan untuk menghindari pengawasan orang tua. Sebagai contoh, singkatan PIR. Itu adalah singkatan dari Parent in Room, yang artinya ada orang dewasa di sekitar mereka, jadi tak bisa bicara bebas. Atau POS misalnya, yang berarti Parent over my shoulder

Anda juga bisa belajar lebih jauh untuk menghadirkan internet yang sehat bagi anak-anak dengan mengunjungi laman internetsehat.id. Di laman ini tersedia berbagai materi digital untuk membantu anda melindungi anak-anak dari bahaya Internet.

Ketiga, ajari anak-anak untuk tak mengumbar informasi pribadinya di Internet, seperti nama lengkap, alamat, nomor telepon, alamat sekolah. Apalagi sampai mengumbar foto-foto diri dengan pose yang tak pantas.

Keempat, berilah banyak waktu untuk bersama dengan mereka dengan menciptakan aktivitas keluarga yang menyenangkan, atau menikmati hobi bersama-sama.

Nah, untuk tips berikut ini, adalah memakai ‘jasa’ pihak lain, untuk mencegah anak-anak kita terperangkap.

Kelima, saringlah konten Internet yang mereka akses di komputer atau smartphone. Bisa dengan memanfaatkan tools yang ada pada penyedia jasa Internet kita di rumah. Atau pakailah software parental control yang ada di software antivirus, untuk mencegah anak-anak terpapar situs-situs tak pantas. Parental control juga membantu kita mengetahui aktivitas mereka di dunia maya.

Nah, terlepas dari itu semua, saya pernah berbicara dengan seorang petinggi perusahaan antivirus kelas dunia, beberapa waktu lalu. Menurut dia, secanggih apapun teknologi saat ini yang dikeluarkan untuk mencegah anak-anak kita jadi korban sexting, pornografi, atau pornoaksi, tak ada yang bisa mengalahkan kekuatan komunikasi antara orangtua dan anak. Bagaimana dengan Anda, sudahkah meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anak Anda?

Ingin ikut bicara mengenai topik ini? Berbagi yuk di CNN Student. Kunjungi web student.cnnindonesia.com, atau kirim tulisan, foto, atau video Anda ke [email protected] dan/atau [email protected].
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER