Jakarta, CNN Indonesia -- Gruduk, gruduk! Blurr!..... Konon, begitu terdengar bunyi mirip seperti di samping dari langit, para warga Jakarta langsung cemas. Mengapa? Ya begitu terdengar suara mendung dan petir di langit mereka langsung takut akan terjadi hujan deras. Lalu ada apa dengan hujan deras?
Hujan deras adalah "momok" yang menakutkan bagi warga Jakarta. Bahkan juga Detabek (Depok, Tangerang, Bekasi), karena hujan deras sekitar 2 jam saja sudah dipastikan beberapa titik rawan bajir di Jakarta pasti langsung tergenang. Hanya 2 jam saja. Mengapa demikian? Padahal di tempat-tempat lain hujan deras yang cukup lama adalah hal yang biasa di musim penghujan ini.
Tetapi, mengapa di Jakarta gampang sekali banjir? Mungkin ini penyebabnya:
Penuh gedung dan hutan beton Sebagai ibu kota Indonesia di mana terdapat pusat pemerintahan dan pusat perekonomian, sudah dipastikan Jakarta penuh dengan bangunan-bangunan tinggi, apalagi di daerah Jakarta Pusat. Belum lagi kompleks perumahan yang semakin banyak yang membuat jalanan aspal juga bertambah sehingga tanah semakin tertutup.
Ruang terbuka hijau sedikit Ini adalah kelanjutan dari poin yang pertama, pembangunan gedung-gedung baru dan mall membuat ruang terbuka hijau semakin sedikit. Menurut sumber yang ada idealnya ruang terbuka hijau mencakup 30% dari luas wilayah. Namun Jakarta baru 10% dari luas wilayahnya. Pak Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menjanjikan akan menambah ruang terbuka hijau, so kita tunggu saja..
Perilaku membuang sampah Tampaknya perilaku membuang sampah masyarakat di Jakarta masih sangat buruk, orang bisa seenaknya membuang tissue dari kaca mobil. Yang lebih parah membuang sampah di kali atau pinggir kali sehingga menyumbat saluran air sungai.
Mendirikan rumah di bantaran kali/sungai Hampir separuh panjang sungai Ciliwung di Jakarta didirikan banyak rumah di bantarannya. Padahal selain melanggar hukum perda (peraturan daerah) hal ini dapat menyebabkan pendangkalan sungai, belum lagi ada yang membuang sampah dan limbah rumah tangga di sungai tersebut. Akibatnya saat musim penghujan, sungai tak mampu menampung air lagi.
Pemerintah yang kurang serius Harus diakui pemerintah dalam hal ini pemprov DKI Jakarta agaknya kurang serius dalam menangani banjir-banjir terdahulu. Dahulu pemerintah terkesan baru bekerja ketika sudah terjadi bencana banjir itu. Namun sekarang Pemprov mulai membenahi diri dan mulai membuat program-program anti banjir seperti pengerukan sungai, penggusuran lahan di pinggir kali yang seharusnya dilakukan dari dahulu.
(std/std)