Jakarta, CNN Indonesia -- Berada di antara deretan bangunan-bangunan kuno, seakan-akan melemparkan diri ke masa lalu. Riuhnya manusia dengan berbagai aktivitas, itulah yang mengembalikan kesadaran pada masa kini.
"Gelang-gelangnya, pak," ujar seorang pria berkulit agak gelap, di bawah payung warna-warni. Di hadapannya, terhampar bermacam gelang dan pernak-pernik cantik. "Es potongnya pak," kata seorang bapak yang lain, menawarkan es potong aneka rasa: duren, cokelat, atau kacang hijau.
Kota Tua Jakarta, begitu ia sering disebut. Sebuah area seluas sekitar 1,3 kilometer persegi. Membentang di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Dan pusat keramaiannya ada di sini, di Taman Fatahillah.
Kota Tua Jakarta sedang hangat dibicarakan. Sebab kawasan ini sudah masuk dalam daftar sementara situs Warisan Dunia UNESCO. Tinggal selangkah lagi jadi Situs Warisan Dunia.
Tak ada salahnya kamu mengisi liburan akhir pekanmu ke sini. Destinasi ini cocok lho bagi siapa saja, yang berkunjung sendiri, dengan teman, maupun dengan keluarga. Kamu bisa melihat dan mempelajari jejak sejarah perjalanan Kota Jakarta.
Kota Tua Jakarta bisa dicapai dengan berbagai cara. Paling mudah adalah naik kereta api listrik (KRL). Kamu cukup turun di Stasiun Kota dan berjalan kaki ke pusat keramaian ini.
Taman Fatahillah, Sabtu (2/4) siang kemarin, bertabur sinar matahari. Terik dan panas menyengat kulit. Sayang tak banyak pohon peneduh di sana. Sehingga untuk berteduh di bawah sinar terik matahari, kamu harus mencari teras atau pelataran gedung. Atau kamu juga bisa permisi, menumpang teduh di tenda-tenda pedagang kaki lima.
Taman ini dikelilingi bangunan-bangunan tua, seperti gedung Museum Kesejarahan Jakarta (dulu disebut Museum Fatahillah), Museum Seni Rupa dan Keramik, Kantor Pos Indonesia, Cafe Batavia, dan sejumlah bangunan tua lainnya.
Karena berkunjung pada akhir pekan, banyak pedagang kaki lima di sini. Mereka berdagang apa saja, dari dompet, pernak-pernik rambut, sampai makanan dan minuman. Ada juga sepeda-sepeda ontel atau andong yang disewakan. Di beberapa sudut ada orang-orang yang beraksi bak patung. Tampak ada yang berdandan seperti Presiden Soekarno. Ada juga yang seperti noni Belanda.
Kamu bisa mengisi waktu dengan belajar sejarah Jakarta di Museum Kesejarahan Jakarta. Lagipula di dalam gedung ini terasa adem meski tanpa penyejuk udara.
Gedung ini dulu adalah Balai Kota Batavia VOC atau Stadhuis van Batavia, yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Johan van Hoorn. Pada masa itu, gedung ini dipakai sebagai kantor pemerintahan, pengadilan, dan penjara.
Tiket masuk ke museum ini terjangkau kok, hanya Rp5.000 untuk dewasa dan Rp1.500 untuk pelajar. Dengan karcis itu kamu bisa menyaksikan berbagai koleksi berupa artefak peninggalan Belanda, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, dan informasi mengenai perjalanan Kota Jakarta sejak masih disebut Batavia.
Dulu, gedung ini terbilang angker. Ada banyak ruang di dalamnya, yang sekarang sudah ditutup sebagian untuk umum. Tapi dengan ramainya pengunjung, suasana angker dulu tak terasa lagi.
Di belakang gedung ada taman. Jangan lupa melihat-lihat ruang penjara bawah tanah di dekat taman dalam ini. Penjara itu didesain dengan tinggi tak seberapa. Sehingga, konon, tahanan di sana tak bisa berdiri dengan tegak. Duduk pun tak nyaman karena penjara ini direndam air. Apalagi berbaring. Mengerikan.
Ada sejumlah bangunan lain yang bisa kamu kunjungi di sekitar taman Fatahillah. Seperti Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik.
Jika ingin bersantap, tersedia pilihan yang banyak. Mulai dari jajanan kaki lima, sampai kafe. Kamu bisa ke Kafe Batavia, Historia Food and Bar yang dulunya adalah kantor perusahaan dagang
Matschappij voor Uitvoer en Comisiehandel (MUCH), Kedai Seni Djakarte, atau Bangi Kopitiam.
(ded/ded)