Noken, Tas Unik Asal Papua

Bahariyani Mareza | CNN Indonesia
Selasa, 31 Mei 2016 14:05 WIB
Ada yang unik dari penampilan Mama-­mama Papua ketika hendak pergi ke pasar. Mereka tidak pernah membawa kantong plastik.
Ilustrasi (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada yang unik dari penampilan mama-­mama Papua ketika hendak pergi ke pasar. Mereka tidak pernah membawa kantong plastik. Tapi selalu menggunakan tas khas yang penggunaanya disangkutkan di atas kepala.

Tas tersebut bernama Noken. Jika kita sering melihat perempuan kota menggunakan tas berbahan dasar kulit hewan. Berbeda dengan noken, yang terbuat dari serat kayu.

Setiap suku di Papua, memiliki ciri khas yang berbeda pada bentuk dan warna noken. Beda suku, beda pula jenis kayu yang dijadikan noken. Beda jenis bahan, maka beda pula penyebutan namanya.

Noken biasanya dibuat dari serat kayu pohon Nawa, pohon Manduam dan Anggrek hutan. Noken berbahan dasar kayu anggrek hutan merupakan yang termahal, harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Noken dapat kamu beli di kampung wisata Sauwadarek, Papua Barat, seharga Rp50 ribu. Di sana, kamu dapat memilih beragam corak dan warna noken yang menarik.

Meski terlihat sederhana, pembuatan noken tidaklah mudah. Noken dibuat para mama di Papua dengan tangan mereka. Pembuatannya membutuhkan waktu berminggu­-minggu tergantung ukuran.

Waktu pembuatan menjadi lama sejak pemilihan serat kayu, pengeringan serat, pemintalan, baru kemudian dijalin kuat membentuk tas. Terakhir, noken diberi warna alami agar terlihat lebih menarik.

Di balik tampilannya yang sederhana noken menyimpan filosofi yang unik. Noken merupakan lambang kesuburan, kebaikan, dan perdamaian perempuan Papua. Noken identik bagi perempuan, karena hanya perempuan yang boleh membuat noken.

Dahulu, noken menjadi ukuran kedewasaan seorang perempuan. Perempuan tidak boleh menikah jika belum bisa membuat noken. Konon, noken merupakan lambang kesuburan kandungan seorang perempuan.

Penggunaan yang disangkutkan di kepala, sambil membawa hasil bumi, dan balita mereka, juga mengandung filosofi. Bahwa perempuan dewasa harus siap menanggung beban keluarga dan mama adalah sosok yang dapat melindungi hasil bumi dan juga anak­-anak. (rkh/rkh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER