Jakarta, CNN Indonesia -- Muhammadiyah menyatakan sistem pemilihan ketua umum dan kedewasaan sebagai organisasi kemasyarakatan dalam berdemokrasi sudah teruji. Anggota Panitia Pemilih Muktamar Muhammadiyah Saleh Partaonan Daulay menjamin pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar yang dibuka Senin (3/8) berjalan bersih dari intervensi partai politik.
Menurut Saleh, hal tersebut yang menjadi salah satu kunci muktamirin atau peserta muktamar selalu kelihatan riang serta jauh dari kasak-kusuk. “Di Muhammadiyah ini aneh. Justru yang kelihatan kasak kusuk dan ambisius akan ditinggalkan,” ujar Saleh kepada CNN Indonesia, Ahad (2/8).
Bekas Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu mengatakan kelahiran tokoh dan pemimpin Muhammadiyah selalu natural. “Tidak ada pemimpin karbitan yang tiba-tiba muncul begitu saja,” kata Saleh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, lanjut dia, sistem dan mekanisme pemilihan berjenjang dan panjang juga menyebabkan sukarnya terjadi intervensi. Sebelum muktamar, yaitu tepatnya setahun sebelum muktamar digelar, sistem dan mekanisme pemilihan sudah dibahas pada sidang tanwir. “Kalau ada hal-hal yang perlu disempurnakan, dibicarakan dalam sidang tanwir itu,” ucap Saleh.
Saleh melanjutkan, pada saat peserta datang ke arena muktamar, lazimnya tidak ada lagi yang mempermasalahkan. Mulai dari pengusulan calon, pemilihan bakal calon, sampai pemilihan formatur di muktamar sudah diatur sebelumnya. Karena itu, persaingan yang terjadi biasanya selalu berjalan dengan suasana santun. Prinsip berlomba dalam kebaikan menjadi dasar dalam persaingan.
“Dengan begitu tidal ada
black campaign. Kalaupun ada yang coba-coba, biasanya tidak akan didengar,” ujar Saleh. Apalagi, muktamirin sudah mengenal rekam jejak masing-masing kandidat ketua.
Dia menjelaskan, Muktamar Muhammadiyah juga memilih 13 orang calon formatur. Dengan memilih formatur maka sulit bagi siapa pun untuk ikut campur. “Dengan peserta yang mencapai 2.500 orang tentunya sangat sulit untuk mengarahkan para pemilih kepada kandidat tertentu,” kata Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Amanat Nasional ini.
Menurut Saleh, terkadang formatur 13 juga heran mengapa suaranya lebih banyak dari yang lain. Hal itu menandakan kalau sebelum pemilihan mereka tidak pernah menghitung dan mereka-reka jumlah suara yang bakal diperoleh.
Saleh menambahkan, pengurus Muhammadiyah juga perlu kerja keras dan membutuhkan banyak waktu. “Mengurus Muhammadiyah tidak boleh sambilan. Maksudnya, sambil berpolitik dan sembari mengurus Muhammadiyah,” kata dia. Meski demikian, Muhammadiyah tetap harus mendapat perhatian khusus. “ Itu dimana saja dan kapan saja.”
(obs)