Jakarta, CNN Indonesia -- Sepanjang 2014 penjualan aplikasi antivirus sudah tidak terlalu baik, dan hal ini diprediksi akan semakin memburuk di 2015.
Lesunya penjualan antivirus sebenarnya sudah mulai terdeksi sejak dua tahun terakhir, saat Android mulai mendominasi dan para pengguna mulai meninggalkan komputer berbasis Windows.
Windows pada komputer bisa dibilang masih menjadi lumbung uang para produsen antivirus, dan tren masyarkat yang lebih memilih ponsel dan tablet memberikan pukulan telak terhadap pendapatan para perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sekarang kalau cuma mengandalkan jualan
software (antivirus) saja tidak akan bertahan, harus berlaih ke layanan,” kata Alfons Tanujaya pemilik Vaksincom, perusahaan lokal yang memasok sejumlah antivirus.
Lesunya penjualan antivirus, menurut Alfons tidak hanya dirasakan oleh produsen kecil, tapi juga perusahaan raksasa seperti Symantec.
Menurut catatan
Bloomberg, keuntungan Symantec sudah menurun selama beberapa tahun. Pendapatan 2013 yang dibukukan Mei 2014 menyebutkan divisi antivirus mengalami penurunan 2,8 persen, sementara divisi backup data terpeleset 2,6 persen.
Symantec, dan banyak perusahaan antivirus lainnya, coba menggarap lahan baru yakni Android. Tapi nyatanya mendapatkan profit pada platform open source itu tidaklah mudah.
“Mereka memang sudah beralih ke Android, tapi masalahnya pengguna Android maunya gratis. Mereka tidak bisa dapat uang di sana,” tambah Alfons, saat ditemui
CNN Indonesia, Rabu (31/12).
Lesunya industri anvirus dunia juga akan dirasakan di Indonesia. Vaksincom, salah satu yang bergelut di dalamnya mengaku sudah siap dengan tren perubahan industri yang akan terjadi di 2015.
Strategi yang akan dilakukan adalah memperkuat layanan bidang jasa. Memang, penjualan aplikasi masih dilakukan, tapi porsinya sekarang tak sebesar jasa layanan yang Vaksincom berikan pada pelanggan mereka.
“Untungnya kita selalu terlambat terkena dampaknya, jadi ya bisa diantisipasi,” gurau Alfons.
2015 juga dianggap sebagai tahun pertaruhan. Di sini akan banyak produsen antivirus yang memperkenalkan model bisnis baru, terutama dibidang layananan. Mereka yang berhasil akan bisa mengembangkan bisnis dengan cepat.
Sementara yang tidak mau berevolusi dan mempertahankan model bisnis tradisional diprediksi akan punah tertelan zaman. “Saya kira akan ada 1-2 produsen yang akan tutup tahun depan,” tutup Alfons.
(eno)