Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir berpendapat anggaran riset Indonesia masih jauh dari ideal. Ia mengatakan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya.
"Anggaran riset kita baru 0,09 persen dari pendapatan kotor Indonesia. Yang ideal adalah satu persen," kata Nasir saat dialog pendidikan di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (8/1).
Ia mengatakan Indonesia masih tertinggal jauh dari negara ASEAN lainnya, seperti Thailand (0,25 persen), Malaysia (1 persen), serta Singapura (2,6 persen). "Dari 0,09 persen itu, 74 persen dari pemerintah. Sementara di negara tetangga adalah 80 persen dari jumlah usaha," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nasir mengatakan saat ini anggaran riset Rp 12 triliun. "Angka ini masih sangat minim. Makanya saya akan gandeng industri swasta. Nanti hasil riset para rektor bisa dipakai langsung pengusaha. Sementara, pengusaha bisa mendanai riset para akademisi," katanya.
Pada tanggal 22 Januari mendatang, Nasir mengatakan akan mengadakan forum antara rektor dan Asosiasi Pengusaha Indonesia. "Nanti akan ada nota kesepahaman antara rektor dan Apindo," katanya.
Jokowi Ingin EfisienDikesempatan berbeda, presiden Joko Widodo pernah memberi amanat agar setiap kementerian bisa mengeluarkan anggaran secara efisien, termasuk dana riset yang dikeluhkan M. Nasir.
"Presiden Jokowi memberi amanat kalau kita harus efisien menggunakan anggaran. Jadi saya himbau agar penghematan bisa lebih produktif," kata M. Nasir pada acara Seminar Nasional Penerbangan dan Antariksa 2014 di Jakarta, Rabu, (10/12).
Meski minim namun pemerintah mengklaim akan tetap berupaya memaksimalkan dana yang ada, bahkan lembaga antariksa Indonesia (Lapan) direncanakan akan meluncurkan satelit penginderaan jauh sekaligus telekomunikasi untuk menghemat banyak pengeluarkan.
“Saya sih berharap dalam kurun lima tahun ke depan, Lapan bisa tidak meluncurkan satelit,” tambah Guru Besar Universitas Diponegoro tersebut.
(eno)