Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Perancis, membawa dampak pada penggunaan aplikasi pesan instan di Inggris. Perdana Menteri Inggris David Cameron punya rencana memblokir penggunaan jalur komunikasi pesan instan yang terenkripsi, seperti WhatsApp dan Snapchat.
Dilansir dari laporan
The Independent, penggunaan sejumlah metode komunikasi terenkripsi dinilai tidak bisa dibaca oleh polisi atau badan keamanan setempat, sekalipun mereka memiliki surat perintah.
"Apakah kita mau membiarkan komunikasi yang tidak bisa dibaca orang lain?" ujar Cameron. Ia menilai, percakapan antar individu melalui jalur koneksi internet sifatnya berisiko besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cameron tidak menyebutkan secara gamblang bentuk komunikasi enkripsinya apa saja, layanan pesan instan semacam WhatsApp, Snapchat, hingga iMessage dipercaya adalah targetnya.
Lelaki berusia 48 tahun itu juga sempat menunjukan hubungan antara alat komunikasi enkripsi dengan percakapan melalui teks dan telepon. Pesan teks SMS dan telepon keduanya bisa dibaca oleh badan keamanan suatu negara.
"Kami punya sistem lebih baik untuk menjaga keamanan ketimbang negara lain," tekan Cameron.
Namun, perusahaan seperti WhatsApp dikabarkan telah berkomitmen untuk menjaga layanan enkripsi mereka agar tidak bisa dibaca oleh pihak otoritas negara.
Adapun hasil riset yang menunjukkan bahwa semakin maraknya penggunaan sistem enkripsi untuk mengamankan data justru menciptakan kondisi yang sempurna bagi para penjahat siber untuk menyelipkan malware di dalam data transaksi yang dienkripsi, dan bahkan mengurangi kerumitan pembuatan malware cerdas yang bisa menghindari deteksi keamanan.
(adt/eno)