Jakarta, CNN Indonesia -- Kantong semar (Nepenthes), sejenis tanaman karnivora dari Kalimantan, disebut sebagai tanaman yang cerdas. Alih-alih puas dengan satu mangsa, tumbuhan ini mengembangkan strategi khusus untuk mendapatkan mangsa yang lebih banyak.
Begitu hasil penelitian sejumlah ahli biologi dari Universitas Bristol, Inggris, yang digelar di Kalimantan, beberapa waktu lalu. Hasilnya dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B.
Penelitian ini makin menyingkapkan misteri bagaimana tanaman Nepenthes membuat permukaannya sangat licin untuk menangkap serangga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Permukaan tanaman ini sangat licin ketika basah, tapi tidak ketika kering,” kata Ulrike Bauer, ahli biologi dari Bristol University’s School of Biological Sciences, yang memimpin penelitian itu.
Bauer bilang, selama delapan jam saat hari terik, perangkap si Nepenthes tak aktif dan sama sekali tak memerangkap semut atau serangga.
Tim peneliti itu kemudian melakukan survei tanaman sejenis di sejumlah tempat di Kalimantan. Hasilnya, perangkap Nepenthes secara sporadis menangkap banyak semut dari spesies yang sama dalam sekali jerat.
Mereka lalu melakukan sejumlah eksperimen. Di antaranya adalah membuat perangkap itu selalu basah. Hasilnya, hanya sedikit semut atau serangga yang dijerat tanaman itu.
“Semut adalah binatang sosial,” kata Bauer, seperti dikutip Reuters, Rabu (14/1). Rupanya, pada saat perangkap kering, ada semut perintis yang mencari makanan dan tiba di dalam perangkap yang penuh madu yang manis. Mereka lalu kembali ke koloninya untuk menjemput para semut pekerja.
Sejumlah semut kemudian berbaris ke dalam kantong untuk memanen madu. Pada saat itulah kantong sudah berubah licin kembali dan semut-semut itu pun terperangkap di sana tanpa bisa keluar lagi.
Mereka kemudian sampai pada kesimpulan bahwa Nepenthes sengaja membiarkan si semut perintis untuk keluar hidup-hidup demi mendapatkan mangsa yang lebih banyak.
Pertanyaannya, bagaimana tanaman ini mengontrol pelumasan permukaannya? Kantong semar ini mengeluarkan madu manis yang membuat permukaan kantung itu jadi basah ketika terjadi kondensasi pada tingkat kelembaban yang rendah.
Biasanya proses ini terjadi pada sore hari. Saat itu banyak semut masih berkeliaran.
“Tentu di kacamata manusia, tanaman tidak cerdas karena tidak bisa merancang plot. Meski begitu, seleksi alam itu tak punya belas kasihan dan hanya berfungsi pada mereka yang punya strategi bertahan hidup yang lebih baik,” tutur Bauer.
Ada 600 spesies tanaman karnivora di seluruh dunia. Tanaman ini biasanya hidup di habitat yang miskin nutrisi. Alhasil mereka pun bertindak seperti predator untuk bertahan hidup. Kebanyakan mangsanya adalah serangga. Ada juga yang menarik mamalia dan ‘memakan’ fesesnya untuk mendapatkan nutrisi.
Meski jadi pemangsa semut dan serangga, Bauer menilai relasi kedua makhluk itu lebih kepada simbiosis mutualisma. “Sepanjang mereka bisa mendapatkan energi yang besar dari madu, kehilangan semut pekerja bisa diabaikan oleh koloni semut,” kata Bauer.
(ded/ded)