Jakarta, CNN Indonesia -- Kongo mungkin bukan termasuk negara maju, namun soal keinginan memembenahi lalu lintas dengan penerapan teknologi, Kongo mungkin selangkah lebih maju dari negara lain.
Di Kinshasa, ibukota Kongo, mengabaikan aturan lalu lintas dan terjadi saling serobot antar kendaraan menjadi hal yang lumrah. Untuk mengatasinya, regulator setempat sudah menyerahkan pengaturan ini kepada robot, bukan kepada polisi.
Robot dari material alumunium ditempatkan di titik-titik kemacetan di kota Kishasa. Bentuknya yang menjulang sangat menarik perhatian. Seperti dikutip dari
The Guardian, di tubuhnya terdapat lampu lalu lintas, sementara di bagian dadanya terdapat kamera untuk memantau pengendara yang coba-coba melanggar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kamera yang terletak di dada tersebut, robot ini dapat berputar untuk mengintai arus lalu lintas dan mengirimkan gambar real time ke kantor polisi. Kedua tangannya pun bisa digerakan sebagai penunjuk jalan.
Kendati tak terlihat seperti robot sungguhan seperti di televisi dan malah lebih mirip dengan robot mainan, pengendara tetap memberi apresiasi pada robot ini. "Ada beberapa pengemudi yang tidak menghormati polisi lalu lintas. Tetapi dengan robot itu akan berbeda," kata supir taksi di Kongo, Poro Zidane.
Robot ini baru berjumlah lima unit. Mengatur sejak tahun 2013, beberapa robot diberi nama Tamuke, Mwaluke dan Kisang. Mereka dibangun dengan biaya lebih dari US$ 27 ribu.
Therese Izay, Presiden Women Technology, kelompok di balik pembuataan robot itu, percaya penemuan ini akan membantu membuatnya jauh lebih bisa mengontrol pelanggaran lalu lintas.
"Di kota kami, seseorang bisa melakukan kejahatan dan melarikan diri, dan mengatakan bahwa tidak ada yang melihatnya. Tapi sekarang, siang atau malam, kita akan dapat melihatnya secara real time dan ia akan membayar dendanya," katanya.
Saat ini, dia sudah mengajukan setidaknya 30 robot polisi ini kepada pemerintah setempat untuk mengawasi jalan raya.
(adt)