Jakarta, CNN Indonesia -- Konsultan Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Totok Amin Soefijanto mengatakan, pemerintah perlu menyelaraskan teknologi dalam dunia pendidikan agar generasi muda dapat bersaing saat memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Penggunaan teknologi di sekolah dipandang perlu sebagai salah satu keterampilan abad 21. Totok berpendapat kunci kemajuan Indonesia ke depannya sangat bergantung pada sekolah. Karenanya, pengembangan kapasitas di bidang penggunaan teknologi dan internet harus ditingkatkan.
"Masalahnya, saat ini masih banyak sekolah yang belum bisa memanfaatkan teknologi karena terhambat berbagai masalah, sepeti kurangnya pelatihan bagi guru, tidak ada listrik yang memadai, serta tidak ada dukungan pemeliharaan alat," kata Totok saat diskusi di Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (24/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Totok mengatakan pemanfaatan teknologi komputer dan internet sudah dapat dilakukan dengan baik oleh siswa di berbagai daerah terpencil seperti di Kerong dan Merauke.
Sayangnya, belum semua guru dapat memanfaatkan komputer dan internet dengan maksimal. "Akibatnya, di beberapa tempat banyak pula siswa yang tidak bisa memanfaatkan teknologi lantaran gurunya juga tidak bisa," katanya.
Di sisi lain, Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) SMP Labschool Rawamangun Wijaya Kusumah -- atau akrab disapa Omjay --berpendapat pemerintah belum memberikan perhatian yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan teknologi komputer dan internet di dunia pendidikan. Bantuan untuk hal itu, kata Omjay, belum maksimal dan baru berupa diklat.
"Kami juga sadar beban pemerintah terlalu berat. Makanya saya dan guru-guru lainnya mengadakan pelatihan-pelatihan sendiri. Kami saweran," kata Omjay yang mengelola laman pribadi wijayalabs.com sebagai media membagikan ilmu ke sesama guru.
Omjay berpendapat regulasi dari pemerintah terkait bidang teknologi komputer dan internet sangat lambat. "Contohnya soal internet murah. Untuk itu saja perlu berjuang 12 tahun," katanya.
Di sisi lain, Desti Sarah Sagita, guru yang pernah mengajar di daerah terpencil di Buton, Sulawesi juga bercerita bahwa guru di daerah terpencil masih kesulitan belajar teknologi.
"Ada sekolah yang sudah dapat komputer dari pemerintah tetapi belum dibuka bertahun-tahun karena mereka tidak mengerti bagaiamana cara memasangnya. Saat mau dipasang beberapa tahun kemudian kabelnya sudah berkarat," katanya.
Menanggapi hal itu, Kasi Penyusunan Program Direktorat P2TK Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Tagor Alamsyah Harahap mengatakan pihaknya memerlukan bantuan guru untuk meningkatkan persentase guru melek teknologi dan internet di sekolah.
"Jadi sistemnya kami membina para guru, lalu mereka nanti menjadi pembina dan membantu guru lainnya," kata Tagor.
Sejauh ini, Tagor mengatakan peran pemerintah baru dalam hal pemberian pelatihan-pelatihan. "Kami juga memberikan imbauan kepada mereka. Seharusnya kalau guru mau dapat tunjangan profesi, mereka harus bisa meningkatkan kapasitasnya termasuk berusaha melek teknologi," katanya.
Lebih lanjut, Totok memberikan dua rekomendasi bagi pemerintah apabila ingin serius meningkatkan penggunaan teknologi komputer dan internet di sekolah.
Pertama, pemerintah harus memastikan para guru bisa menggunakannya. Kedua, pemerintah harus melakukan pemeliharaan terhadap perangkat teknologi tersebut.
"Kami lihat ke depannya, guru yang lebih mudah dilatih untuk melek teknologi adalah yang usianya di bawah 45 tahun. Jadi kita butuh menunggu regenerasi itu," kata Totok.
(eno)