Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memahami autisme. Penelitian terbaru mengenai autisme dengan menggunakan miniatur otak yang terbuat dari sel kulit penyandang autisme.
Sulit untuk memahami autisme mengingat kompleksitas dari gangguan tersebut. Sulitnya mempelajari proses perkembangan otak manusia juga menjadi penghalang lainnya untuk memahami autisme secara mendalam.
Namun, penemuan terbaru yang dikepalai oleh Flora Vaccarino memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mengamati dan mempelajari proses perkembangan otak penyandang autisme sejak tahap awal, sehingga memungkinkan para ilmuwan untuk mendeteksi tanda-tanda abnormalitas pada otak sedini mungkin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari situs LA Times, para peneliti menggunakan sel-sel kulit yang diambil dari empat penyandang autisme akut untuk dibentuk menjadi miniatur replika otak manusia.
Sel-sel tersebut kemudian di program dan di putar ulang sehingga para peneliti dapat mempelajari replika otak penyandang autisme pada masa-masa krusial, yaitu dari awal pembentukan hingga terbentuknya otak tersebut secara sempurna.
Sementara dilansir dari situs E Science News, penelitian yang menggunakan miniatur replika otak ini menemukan bahwa otak penyandang gangguan autisme memproduksi neuron-neuron inhibitorik, yang bertugas untuk menekan sisi impulsif manusia, dan eksitatorik, yang bertugas untuk mendorong sisi impulsif manusia, dalam jumlah yang tidak seimbang.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan sel-sel tubuh manusia sebagai alat uji coba dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai patofisiologi autisme. Penelitian ini juga memungkinkan para peneliti untuk mengembangkan pengobatan-pengobatan baru yang lebih baik dalam menangani gangguan autisme," ucap Vaccarino.
Selain itu, Vaccarino berpendapat bahwa metode pembuatan miniatur replika otak kemungkinan dapat juga diimplementasikan dalam penelitian mengenai jenis gangguan perkembangan lainnya.
Autisme adalah gangguan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang memengaruhi kemampuan penyandangnya dalam melakukan interaksi sosial. Dalam beberapa kasus, autisme juga dapat memengaruhi kemampuan berbicara penyandangnya. (https://www.medicalnewstoday.com/info/autism/)
Menurut situs National Health Service, autisme dapat terdeteksi sejak bayi berusia dua bulan. Pendeteksian dini dapat dilakukan dengan memonitor pergerakan mata bayi dari usia dua bulan hingga dua tahun. Bayi penyandang autisme cenderung akan lebih jarang melakukan kontak mata dibandingkan dengan bayi normal.
(tyo)