Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan otomotif Toyota Motor Corporation memprediksi mobil bertenaga bensin maupun solar tak akan bertahan lebih lama lagi. Kini perusahaan ini membidik inisiatif jangka panjang di mobil hibrid bertenaga hidrogen dan listrik.
"Akan sulit bagi mobil tenaga bensin dan diesel untuk bertahan," ujar Senior Managing Officer Toyota, Kiyotaka Ise. “Dengan adanya penurunan besar terhadap mobil konvensional, dunia seperti terbalik dan Toyota harus mengubah haluan.”
Dilaporkan oleh Wall Street Journal, rencana ini merupakan bagian dari strategi besar Toyota yang di dalamnya juga sudah termasuk penjualan 1,5 juta mobil hibrid di 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perusahaan juga berencana menjual lebih dari 30 ribu mobil yang ditenagai oleh hidrogen di waktu yang bersamaan.
Toyota memang memiliki rencana untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 90 persen pada 2050.
Mengutip The Verge, kabar ini mencuat sebelum peluncuran generasi keempat dari Toyota Prius. Perusahaan mengatakan produk ini mengandung efisiensi bahan bakar 20 persen lebih besar ketimbang model sebelumnya.
Selain Toyota, pemain di pasar otomotif yang mengembangkan mobil ramah lingkungan sudah mulai bermunculan. Sebut saja Tesla dan mobil listriknya, dan raja teknologi, seperti Apple dan Google.
Hambatan HidrogenMeski terbilang ramah lingkungan, penetrasi mobil berbahan bakar hidrogen diprediksi tak akan selancar mobil listrik. Levi Tillerman, penulis buku The Great Race: The Global Quest for the Car of the Future, mengatakan kendalanya pada minimnya stasiun pengisian bahan bakar.
“Anda butuh infrastruktur yang besar dan itu harus tersentralisasi,” katanya. Di Amerika Serikat sendiri saat ini baru ada 12 pusat pengisian bahan bakar hidrogen dan 10 di antaranya ada di California.
Di sisi lain, sel bahan bakar hidrogen sendiri masih tergantung pada hidrogen, produk yang dihasilkan dari metana. Ketika hidrogen diproduksi dari metana, pelepasan CO2 justu besar dan butuh energi besar juga untuk menghasilkannya.
“Diharapkan di masa depan bisa memproduksi hidrogen tanpa karbon,” kata Tillerman.
(ded/ded)