Jakarta, CNN Indonesia -- Tak perlu memanggil dokter untuk mengetahui kebugaran atau kondisi kekesehatan atlet. Dengan teknologi, peran dokter untuk mengurangi resiko cedera atlet bisa digantikan. Sebuah perusahaan pembuat perangkat lunak, SAP, mengembangkan perangkat lunak untuk memantau risiko cedera atlet bernama Injury Risk Monitor (IRM).
Solution Strategy and Adoption Executive SAP Puneet Suppal mengatakan, cedera merupakan salah satu masalah besar bagi atlet dan sebuah tim olahraga. Pemain cedera yang tak bisa disertakan dalam sebuah pertandingan, bisa berdampak pada kekalahan dan mengganggu kondisi keuangan sebum.
"Cedera juga bisa berdampak permanen seperti cacat sehingga mengakhiri karier atlet," kata Punneet dalam acara media meeting SAP di Singapura, Jumat (23/10).
Padahal, cedera pada atlet bisa dicegah. Menurutnya, jika resiko cedera sejak awal sudah diketahui, tim atau pelatih bisa segera memasukan atlet dalam daftar atlet yang harus dipulihkan kondisinya. "Itulah mengapa SAP mengembangkan IRM ini," ujar Punnet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perangkat lunak yang dikembangkan bisa menampilkan profil si atlet secara detail. Dari mulai data diri hingga kemampaun si atlet seperti jangkauan lari, pernah ditekel berapa kali, frekuensi cidera, beban latihan, hingga kemampuan organ.
Dalam penerapannya, IRM menurut Puneet menginput data melalui alat sensor yang dipasang ditubuh atlet. Alat sensor itu kemudian dipakai atlet selama latihan. Alat sensor ini yang kemudian memberikan data secara
real time.
"Data secara
real time bisa masuk ke dalam IRM untuk dilakukan analisa," kata Puneet.
Misalnya, dari percobaan yang dilakukan pada seorang atlet sepakbola Singapura, atlet tersebut yang semula memiliki tingkat kebugaran tinggi, ternyata dalam pemantauan akhir menggunakan alat sensor IRM, kebugarannya sudah turun.
Untuk pemain sepakbola beberapa analisis dilakukan pada engkel kaki, lutut, dan kekuatan otot lainnya. Analisis juga dilakukan pada sejauh mana kemampuan fisik pemain dalam menyerap oksigen untuk kebugaran pemain.
"IRM menganalisis data dan menghasilkan sebuah model perkiraan untuk menghitung sejauh mana risiko cedera pemain jika disertakan dalam sebuah pertandingan," kata Punnet.
Berdasarkan data yang didapat, pelatih bisa menentukan pantas tidaknya pemain untuk masuk dalam tim utama atau tidak. Sementara fisioterapis bisa mengambil keputusan apa yang harus dilakukan pada pemain.
IRM saat ini sudah digunakan untuk olahraga sepakbola dan kriket. Ke depan, akan terus dikembangkan untuk olahraga lain seperti hoki dan baseball.