Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat (AS) mendorong pemerintah di negara lain untuk membuat kesepakatan secara global untuk mengalokasikan sumber daya menyambut Internet mobile 5G, sistem pelacak penerbangan, sampai ledakan lalu lintas pesawat tanpa awak atau
drone.
Ketua Federal Communications Commission (FCC), Tom Wheeler, selaku regulator telekomunikasi, mengatakan dunia harus memutuskan untuk memberi alokasi lebih pada teknologi ponsel.
"Pertanyaan besar di sini adalah bagaimana negara-negara lain dunia berpartisipasi dalam pertemuan yang membicarakan spektrum dengan cara menghasilkan lingkup dan skala ekonomi yang memungkinkan keajaiban nirkabel dan menciptakan kekuatan transformatif untuk individu manusia, terutama untuk ekonomi," kata Wheeler dalam konferensi International Telecommunication Union (ITU) di Jenewa, Swiss, Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS diketahui akan mulai melalang spektrum
very high frequency atau VHF (30-300 MHz) pada akhir Maret 2016 guna melakukan efisiensi. Karena, spektrum rendah diketahui memiliki sifat jangkauan yang lebih luas.
Bisa jadi spektrum tersebut bakal dimanfaatkan untuk menggelar teknologi jaringan Internet mobile generasi kelima yang diprediksi banyak pihak bakal komersial pada 2020.
Kepala delegasi AS untuk konferensi ITU, Decker Anstrom, juga menggarisbawahi keperluan spektrum untuk drone warga sipil. Industri ini diprediksi bisa bernilai US$ 80 miliar di AS pada dekade selanjutnya.
Menurutnya, drone dapat dimanfaatkan untuk memonitor fasilitas tenaga nuklir sebuah negara, memeriksa keamanan jaringan pipa, mengawasi satwa liar, dan membantu dalam memantau cuaca.
Drone sipil yang terbang tersebut nantinya juga perlu dilacak untuk memantau pemanfaatannya.
AS merasa optimis bakal terjadi kesepakatan global untuk mengatur tiga isu tersebut.
(adt/eno)