Jakarta, CNN Indonesia -- Untuk menghindari terulangnya peristiwa pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang Maret tahun lalu, konferensi PBB, Rabu (11/11), sepakat memberikan sebagian dari spektrum radio untuk sistem pelacakan penerbangan global.
Berdasarkan perjanjian
World Radiocommunication Conference (WRC) tersebut, satelit dapat menerima transmisi
automatic dependent surveillance-broadcast (ADS-B), yang saat ini hanya dikirimkan oleh pesawat terbang kepada pesawat terbang lain dan stasiun kontrol di darat.
“Perjanjian ini memperluas sinyal ADS-B di luar
line-of-sight (sistem perambatan radio dari antena pengirim ke antena penerima) untuk memfasilitasi pelaporan posisi pesawat terbang yang dilengkapi dengan ADS-B di mana saja di dunia, termasuk lautan, samudra, dan daerah terpencil lainnya,” kata badan PBB
International Telecommunication Union (ITU) dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Alokasi frekuensi untuk menerima sinyal ADS-B dari pesawat terbang untuk stasiun ruang angkasa akan memungkinkan pelacakan
real-time pesawat terbang di mana saja dia berada di dunia,” kata Kepala Biro Komunikasi Radio ITU Francois Rancy.
Hilangya Maskapai Malaysia Airlines MH370 tahun lalu dan kecelakaan Maskapai Air France 447, 2009, menunjukkan pentingnya ketentuan yang mengharuskan operator menentukan pesawat terbang setiap saat di lokasi manapun.
Badan penerbangan PBB
International Civil Aviation Organization (ICAO) telah menetapkan batas waktu, November 2016, untuk mengadopsi pedoman pelacakan baru ini. Aturan ini mencakup, pesawat terbang mengirimkan posisi mereka setidaknya setiap 15 menit, atau lebih dalam keadaan darurat.
(win)