Jakarta, CNN Indonesia -- Pada umumnya anak-anak usia belasan tahun disibukkan oleh gadget dan media sosial, beda halnya dengan Gamma Abdurrahma Thohir. Usianya baru 15 tahun, ia pun tengah sibuk mewujudkan proyek pembangkit listrik tenaga air micro hydro di Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi yang berasal dari idenya sendiri.
Pelajar Sekolah Global Jaya, Bintaro yang masih duduk di kelas 1 SMA ini sangat antusias terhadap isu energi. Terinspirasi dari Thomas Alva Edison dan sang ayah, ia berniat memberi perubahan bagi Indonesia.
Apa yang membuatnya begitu teguh untuk mengembangkan ide proyek yang diberi tajuk Micro Hydro for Indonesia ini?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berawal dari tugas sekolah dan diragukan guruGamma mengaku sangat suka baca. Kemudian ia mengatakan tertarik dengan gap antara kehidupan di perkotaan dan pedesaan yang begitu kontras. Celah itu yang membuatnya tak gentar mewujudkan ide proyek yang 'tak biasa' ini.
"Gamma menyusun proposal sangat rapi dan lengkap, pun begitu dengan presentasinya. Saya sampai keheranan dan bilang, 'kamu serius ini, Gam?' Lalu pihak sekolah mendukung, karena ini bukan proyek biasa," kenang perwakilan Sekolah Global Jaya, Poppy Novita saat sedang berbincang dengan sejumlah media di Jakarta.
Diakui Poppy, walau Gamma termasuk murid berprestasi dan jago bermain basket, ia tak menyangka salah satu siswanya bakal begitu serius untuk melakukan perubahan nyata bagi kehidupan masyarakat.
Dari tugas sekolahnya itu Gamma semakin yakin ia bisa membuat proyek pembangkit listrik mikro hidro sebagai langkah awal mengubah kehidupan daerah terpencil untuk bisa ikut merasakan daya listrik.
"Saya memang ingin proyek ini sungguh-sungguh berkelanjutan, bukan cuma buat pemenuhan syarat tugas di sekolah," kata Gamma.
Dengan bantuan pendampingan dari Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN), Gamma memelajari konsep mikro hidro secara mendalam dengan berkunjung ke Institusi Bisnis Kerakyatan (IBEKA) dan CV Cihanjuang Inti Teknik mengenai teknis pembuatannya.
Mengapa Pilih Desa di Sukabumi?Gamma menceritakan awal perjalanannya hingga akhirnya ia bisa dapat restu dari penduduk asli Ciptagelar di Sukabumi. Ia mengaku, melakukan pendekatan dengan warga di sana sudah menjadi tantangan awal baginya.
"Perjalanan menuju ke Ciptagelar makan waktu 9 sampai 10 jam. Sudah lama, jadi saya harus lebih semangat lagi untuk bisa berdiskusi dengan kepala desa di sana," cerita Gamma.
Ia pertama kali bertemu dengan Abah Ugi selaku kepala desa Ciptagelar. Ia bersosialisasi, berbagi ide dan cerita, hingga akhirnya Abah Ugi melihat adanya keseriusan dari diri Gamma.
Direktur YABN, Okty Damayanti juga menambahkan, salah satu yang membuat Gamma tidak diremehkan adalah pengetahuan yang luas dan sikap rendah hatinya. Justru, ia diterima dengan terbuka, katanya.
"Tak heran jika Abah Ugi awalnya khawatir, ada anak kota datang ke desa dan ingin membangun PLTA. Tapi setelah mengobrol banyak dan observasi langsung ke lokasi seperti melihat air sungai, Gamma semakin yakin dan Abah Ugi pun tidak meragukan niat mulia Gamma," Okty menjelaskan.
Gamma menghabiskan beberapa hari di Ciptagelar yang memang belum ada pasokan listrik di tiap-tiap rumah. Ia pun mengungkapkan alasan mengapa akhirnya mantap memilih Ciptagelar.
"Sesederhana mereka belum punya daya listrik yang memadai, lalu hubungan mereka dengan sesama sangat kuat, serta aliran air sungai yang cocok untuk dijadikan lokasi PLTA mikro hidro saya," ungkap Gamma saat sedang memberi paparan tentang proyeknya.
Proyek Gamma akan memberdayakan debit air Sungai Cicemet yang mengalir di sekitar desa Ciptagelar yang tingginya bisa mencapai tiga meter.
Bocah kelahiran 10 Juni 2000 ini juga terkesima dengan pemandangan dan daerah sekitar Ciptagelar yang dianggapnya sangat mengagumkan. Karenanya, PLTA mikro hidro tentu akan melibatkan masyarakat di sana untuk pemeliharaan.
Gamma mengatakan, cara kerjanya sederhana yaitu debit air sungai yang cukup akan masuk ke turbin yang berkualitas tinggi lalu dialirkan ke generator. Dari generator ini proses pembangkit listrik bisa terbentuk.
Sebagai langkah awal, proyek Gamma akan menyalakan listrik satu desa di Ciptagelar yang terdiri dari puluhan rumah. Ignatius Iryanto selaku deputi direktur YABN mengatakan, PLTA mikro hidro ini akan berkapasitas 40 KW.
Secara konsep dan mekanik, Gamma mengaku telah bekerja sama dengan CV Cihanjuang untuk membuat turbinnya.
Fokus penggalangan dana di internetMenurut Gamma, penggalangan dana akan menjadi tantangan paling besar bagi proyeknya. Walau masih menghitung jumlah dana yang dibutuhkan, Gamma bergantung pada o
nline crowdfunding."Proyek ini mengerahkan media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram. Selain itu, rencananya juga bakal membuka donasi di situs Indiegogo," ucapnya.
Ia menargetkan akhir tahun 2015 sampai awal 2016 untuk penyelesaian donasi ini agar bisa rampung, sehingga Micro Hydro for Indonesia bisa memulai pengembangan alat dan komponen.
Selain menerima donasi, Gamma juga akan berupaya mencari sponsorship, serta terbuka menerima sumbangan ide dan kontribusi dari anak-anak muda seusianya sampai mahasiswa di jenjang perkuliahan agar mendukung proyeknya.
"Untuk sekarang masih mau independen dulu. Di masa depan tak menutup kemungkinan jika membuka kerjasama dengan pemerintah. Tapi rencana komersil dan lain-lain masih sangat jauh dan harus dipikirkan lagi," kata Gamma.
Proyek Micro Hydro for Indonesia diharapkan Gamma dan pihak YABN sudah mulai bisa beroperasi di Ciptagelar, Sukabumi pada bulan Juli 2016 mendatang.
(tyo/tyo)