Jakarta, CNN Indonesia -- Industri Teknologi Informasi Inggris diprediksi akan terhambat karena mayaroritas suara warga memilih keluar dari Uni Eropa dalam perhitungan suara hasil Referendum Brexit.
Sejumlah industri teknologi percaya bahwa setelah meninggalkan Uni Eropa, Inggris akan kehilangan akses untuk mendapatkan tenaga kerja berkualitas tinggi yang berada di negara lain.
Berdasarkan survei yang dirilis oleh Tech London Advocates, hampir 80 persen pekerja yang bergerak dibidang teknologi yakin bahwa Brexit akan membuat Inggris tak mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang ada.
"Uni Eropa mempunyai banyak talenta yang hebat di bidang teknologi. Pekerja di Uni Eropa punya komunitas yang besar," kata Russ Shaw, founder Tech London Advocates.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara riset yang dilakukan oleh akselerator startup, Wayra menunjukkan bahwa sekitar satu dari tiga pekerja di startup Inggris berasal dari luar negara tersebut.
Padahal, saat ini tercatat sudah ada 1,5 juta orang yang bekerja dibidang teknologi di Inggris dan industri teknologi terus berkembang tiga kali lipat lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya itu, regulasi Uni Eropa yang selama ini berlaku untuk 28 negara, termasuk Inggris juga dianggap bisa membantu industri teknologi untuk mengembangkan pasar yang lebih luas ke negara tetangga, bahkan ke benua lain.
"Jika kita keluar dari Uni Eropa, kita akan kehilangan 500 juta (pelanggan)," kata Shaw.
Brexit juga membuat para investor berhenti untuk melakukan investasi bisnis. Pasalnya, ada kekhawatiran dari para investor bahwa Brexit akan merusak operasi bisnis dan rencana pertumbuhan yang sudah berjalan.
"Kami telah melihat bahwa investor menghentikan investasinya karena ketidakpastian," kata Burbidge, ventura kapitalis yang berbasis di London.
(tyo)