Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan lap harus diselesikan, setiap orang fokus pada kuda besi empat roda berkecepatan 300 kilometer perjam. Tapi, ini saatnya untuk perbaikan dan mengganti ban, saatnya masuk pit stop. Setiap pebalap pasti masuk area pedok timnya masing-masing yang setidaknya diisi paling sedikit dua lusin mekanik untuk mengurus satu mobil yang masuk.
Mobil Formula 1 masuk dengan penyangga, keempat ban diganti, kaca helm dibersihkan untuk memastikan pandangan pebalap bersih, dongkrak turun dan jet darat kembali meluncur.
Paling mengagumkan dalam area pit stop adalah semuanya dilakukan dengan presisi dan satu koordinasi. Keseluruhan proses ini harus dilakukan secepat mungkin, karena setiap per sekian detik adalah sangat berharga, karena menentukan kemenangan tim dalam balapan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pebalap lah yang paling merasakan saat mereka naik podium dan bersinar, namun mereka tidak bisa menjadi bintang dengan sendirinya. Pit stop adalah elemen integral dalam sebuah balapan, dan setiap kru berhasil melakukan sebuah pekerjaan yang penuh perhitungan dan nyaris sama layaknya sebuah kerja seni.
Balapan Amerika Nascar membutuhkan waktu 11 hingga 13 detik untuk mengganti empat ban dengan tim enam orang. Balap ketahanan seperti Le Mans 24 Hours, pit stop mereka lebih bannyak memakan waktu, setidaknya kurang dari satu menit.
 Tim Williams F1 mencatatkan rekor pit stop tercepat dengan waktu 1,92 detik di GP Eropa, Baku, Azerbaijan. (Mark Thomson/Getty Images) |
Akhirnya rekor pit stop telah dipecahkan dalam sebuah sistem yang presisi di Juni lalu.
Tim F1 asal Inggris William membuat pit stop terlihat begitu mudah dan cepat, di GP Eropa di Baku, Azerbaijan dengan 1.92 detik. Catatan pertama pit stop dua detik dipegang oleh tim Red Bull saat GP Texas di 2013 dengan waktu 1.923 detik.
Apa yang sebenarnya terjadi di dalam pit stop? Terlalu banyak untuk disebutkan, tapi akan coba kami bedah.
Pertama, dalam kompetisi F1, pebalap masuk dalam sebuah pit stop yang kecil dan berhenti tepat di depan operator dongkrak dengan kecepatan yang telah ditentukan, sekitar 60 km/jam, dan sebanyak 12 orang lainnya mempersiapkan untuk mengganti empat ban keseluruhan. Dalam balap endurance, pebalap berganti-ganti dan melakukan isi ulang bahan bakar, juga berasal dari berbagai jenis mobil.
Kompetisi jet darat, pebalap F1 harus berhenti dengan tepat di antara kru yang telah menunggu, dengan dongkrak hidrolik dua kru telah menunggu di belakang dan depan.
 Tim Williams F1 memecahkan rekor pit stop tercepat yang sebelumnya dipegang oleh tim Red Bull saat GP Texar 2013. (Mark Thompson/Getty Images) |
Apa yang sangat krusial? Persiapan. Tiga orang kru harus siap dan menunggui tiap satu ban. Satu memegang "wheel gun" bertekanan tinggi untuk melepaskan baut. Tekanan pembuka baut ini sangat tinggi, dan tidak sedikit mekanik cedera serius karenanya.
Berikutnya, ban dilepas oleh kru lainnya, dan kru terakhir memasangkan ban baru untuk kembali di baut oleh "wheel gun". Operator lainnya melepas soket dari as roda, dan mekanik lain memberikan sinyal jika semua telah aman, hingga adanya sinyal kepada seluruh kru bahwa mobil bisa kembali meluncur.
[Gambas:Youtube]Mobil kembali menapaki tanah dan operator dongkrak dan penyeimbang memberikan tanda lewat lampu di pit stop jika mobil sudah bisa kembali melaju menuju arena balap. Dari semua balapan, kru pit stop Formula 1 adalah yang paling bergengsi.
"Kecepatan di dalam pit stop saat ini adalah yang tercepat," kata CTO William F1 Pat Symonds seperti di kutip BBC.com. "Saya mengingat jika pit stop tiga detik adalah yang paling cepat dan tidak terkalahkan. Namun saat ini dunia telah menegaskan jika dua detik jadi waktu yang baru, bahkan kami memecahkan rekor dua detik kurang, seperti di Baku."
Semua kru layak mendapat penghargaan atas pemecahan rekor untuk beberapa faktor. Penghargaan itu layak bagi mereka atas latihan yang terus menerus, setidaknya 1.700 pit stop selama kursus di luar musim yang dilakukan selama akhir pekan dan dengan mobil latihan di pabrik.
 CTO William F1 Pat Symonds mengatakan bahwa pit stop F1 adalah puncak dari segala jenis balapan. (Mark Thompson/Getty Images) |
Terkait pengisian bahan bakar jadi isu yang ramai terkait pit stop, FIA (Federation Internationale de l'Automobile) melakukan pelarangan untuk musim 2010, melanjutkan pelarangan sejak musim 1984-1994. Pengisian bahan bakar dilarang karena terlalu berisiko terutama terkait kesehatan dan keselamatan.
Jos Verstappen, terkurung dalam bola api di GP Jerman tahun 1994 dan Verstappen mendapatkan luka bakar minor di wajahnya. Pebalap Ferrari Kimmi Raikkonen terjebak dalam api saat GP Brasil dimana Heikki Kkovalainen mencoba keluar dari mobilnya karena kobaran api akibat pengisian bahan bakar. Dari berbagai insiden tersebut, pit stop moderen mengharuskan seluruh kru menggunakan baju tahan api Nomex yang sama dipakai oleh pebalap.
Sangat menarik melihat perkembangan pit stop selama tahun ketahun berikutnya, terlebih jika konsep pengisian bahan bakar kembali diaktifkan. Namun langkah itu masih diperdebatkan karena mempengaruhi kecepatan mobil F1, tapi FIA masih mempertimbangkannya. Sulit membayangkan bagaimana kecepatan pit stop bekerja di tingkat selanjutnya, mungkin 1,5 detik bisa tercapai. Apapun yang terjadi, kru F1 menjadi pahlawan bagi pebalap.
Seperti dikatakan Symonds, "Kategori pit stop lain masih berada di level yang sama secara prinsip, namun tidak ada kategori yang menyamai pit stop seperti Formula 1. Itu adalah puncak dari segalanya."
(pit)