Jakarta, CNN Indonesia -- Volkswagen secara mengejutkan, Kamis (22/8) menghentikan produksi VW Golf Hatchback dari enam pabrik di Jerman akibat masalah pasokan penyediaan suku cadang yang diperkirakan akan merugikan mereka jutaan Euro.
Dalam sebuah langkah yang tidak terprediksi, VW telah menghentikan model ikonik VW Golf Hatchback di enam pabrik di Jerman, termasuk di pabrik pusat di Wolfsburg dan memotong jam kerja 28 ribu karyawan.
VW dihadapkan pada penolakan dua pemasok yang mengambil langah sepihak untuk menolak pengiriman suku cadang di tengah-tengah produksi. Kejadian itu memicu perselisihan kontrak yang membuat VW masuk dalam krisis baru setelah skandal 'Dieselgate' emisi musim gugur tahun ini. Derita VW berlanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saham perusahaan turun di level paling rendah dalam dua minggu terakhir di angka 119.9 Euro dan menjadi peringatan jika kemungkinan VW secara keseluruhan hanya bernilai 86 juta poundsterling di pekan ini.
"Karena kesalahan dalam pendistribusian dari pemasok eksternal, produksi beberapa komponen dihentikan," seperti dikutip dalam situs perusahaan asal Jerman tersebut.
Beberapa karyawan menyatakan bahwa pabrikan mulai memberikan fleksibilitas dan pemangkasan jam kerja serta beberapa pengembangan teknologi tidak untuk dijual. "VW masih mencoba untuk melakukan kesepakatan ulang dengan pemasok."
Di balik krisis ini, dua pemasok secara jelas menyatakan jika VW dengan nama besarnya telah melakukan 'bully' terhadap perusahaan yang lebih kecil. Mereka adalah Car Trim dan ES Automobilguss yang menolak untuk memenuhi pesanan gearbox dan jok mobil untuk beberapa varian VW. Perusahaan tersebut adalah anak perusahaan dari Prevent Group yang dipimpin oleh seorang dari Bosnia, Nijaz Hastor.
Kontrak yang besar dengan Car Trim untuk menyediakan bungkus kulit jok VW ditarik lebih awal tahun ini. Keduanya protes setelah VW menolak melakukan diskusi terkait kompensasi pembatalan kontrak. Car Trim meminta kompensasi 50 juta Euro untuk pembatalan tersebut.
"Ini adalah salah satu kasus paling ekstrim dari eskalasi antara pemasok komponen dan pembuat mobil yang pernah saya dengar," kata Stefan Bratzel dari Germany's Center of Automotive Management kepada Bloomberg.
VW memiliki sumber daya yang sangat besar, termasuk dukungan dari pemerintah di wilayah bagian Lower Saxony, yang merupakan pemegang saham mayoritas.
Stephan Weil, perdana menteri di wilayah Lower Saxony mengatakan penyelesaian damai menjadi harapan, namun hal itu tidak mungkin, maka tindakan koersif harus dilakukan.
VW mengancam akan membawa pemasok ke pengadilan dan meminta melanjutkan pengiriman suku cadang. Namun para pemasok tidak peduli dan menolak mentah-mentah renegosiasi.
"Perlakuan VW terhadap pemasok tidak bisa diterima dan dapat menghancurkan pemasok-pemasok kecil lainnya,' kata Alexander Gerstung, Executive ES Automobilguss.
Kasus ini membuka tabir kemungkinan adanya kasus serupa dari para pembuat mobil atas perlakuan terhadap pemasok kecil. VW harus menghadapi kritik ini dan mengakui mereka rentan jika tidak ada dukungan para pemasok kecil.
(pit)