Jakarta, CNN Indonesia -- Meningkatnya kebutuhan layanan komunikasi di berbagai daerah mendorong pemerintah menyediakan akses melalui berbagai medium mulai dari teknologi seluler, fiber optic, pembangunan backbone proyek Palapa Ring dan hingga penambahan satelit di udara.
Saat ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat pertumbuhan untuk permintaan transponder untuk kebutuhan penyiaran dan komunikasi diperkirakan mencapai 8,23 persen untuk C-band dan 35,12 persen untuk Ku band pada periode 2012 hingga 2016.
Hal inilah yang menjadikan infrastruktur satelit masih dibutuhkan untuk meminimalisir kesenjangan akses komunikasi di daerah terpencil.
Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Ismail Ahkmad menyebut saat ini kebutuhan transponder di Indonesia terus meningkat. Menurutnya Indonesia membutuhkan setidaknya 100 transponder (transmitter responder) untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan penyiaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam 40 tahun terakhir Indonesia hanya memiliki 7 slot orbit yang dialokasikan untuk penyiaran dan komunikasi. Jumlah ini memang jauh dari ideal dan tidak bisa mencukupi kebutuhan masyarakat," aku Ismail saat ditemui di Jakarta.
Demi memenuhi kebutuhan dalam negeri, ia menjelaskan saat ini ada 34 satelit asing yang mendapatkan ijin untuk beroperasi memberikan layanan di Indonesia.
Dengan penambahan satelit asing, Ismail mengaku pemerintah masih berupaya untuk menambah slot orbit dengan lebih aktif mendaftarkan diri ke ITU (International Telecommunication Union) atau menggandeng pihak swasta.
Ditemui di kesempatan yang sama, Muharzi Hasril, Kepala Bidang Regulatory Affari Asosiasi Satelit Indonesia menuturkan kondisi negara dan jumlah penduduk membuat Indonesia kerap kekurangan slot orbit.
"Indonesia idealnya memiliki 10 slot orbit untuk mengakomodir kebutuhan layanan. Pada dasarnya kebutuhan satelit masih tergantung faktor kebutuhan dan traffic," imbuhnya.
Rencana penambahan slot orbit disebutnya sudah disampaikan oleh Kemenkominfo, namun terkendala proses pengurusan administrasi yang tidak mudah. Selain mahal, negara yang mengajukan penambahan slot orbit harus melakukan proses koordinasi satelit.
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa satelit kita (Indonesia) saat diluncurkan tidak menimbulkan gangguan atau terganggu dari negara lain.
Negara-negara maju yang sudah memiliki kemampuan memproduksi satelit seperti Eropa, Amerika Serikat, dan China saat ini tercatat sebagai pemilik slot orbit terbanyak.
Mengenai batasan jumlah pengajuan slot orbit, setiap negara memiliki kebebasan tergantung kemampuannya.
"Untuk mendapatkan slot orbit itu tidak mudah, secara operasional satelit yang ada saat ini sudah penuh. Tidak memulu pihak yang punya uang bisa memiliki banyak satelit, harus diperhatikan juga hasil koordinasi dan hal-hal lainnya," ungkapnya.
(evn/tyo)