Jakarta, CNN Indonesia --
Drone telah berhasil membantu penelitian soal erupsi gunung berapi. Selama ini penelitian gunung berapi tatkala terjadi erupsi terkendala oleh bahaya yang mengancam saat erupsi terjadi. Mulai dari panasnya lava, bahaya gas beracun yang keluar, hingga lontaran batu dan material yang terlempar akibat erupsi tersebut.
Namun, berkat drone, para peneliti dari Universitas Cambridge dan Bristol berhasi mengambil gambar jarak dekat dari erupsi gunung di Guatemala. Ini adalah kali pertama drone dan pesawat tanpa awak (UAV-unmanned aerial vehicle) digunakan dalam penelitian ini.
Dua gunung yang diabadikan oleh drone dan pesawat tanpa awak ini adalah erupsi di Volcán de Fuego dan Volcán de Pacaya. Volcan de Fuego adalah gunung berapi yang aktif, sebab gunung ini erupsi tiap tiga hingga empat minggu sekali.
Pesawat-pesawat ini terbang dan dilengkapi dengan sensor dan kamera. Sensor yang dipasang berhasil mengumpulkan data temperatur, kelembaban, dan suhu awan vulkanik. Dalam penelitian selanjutnya, pesawat ini juga akan dilengkapi dengan penganalisa gas, pengambilan sampel debu vulkanik, kamera termal dan visual, dan sensor atmosfir. [Gambas:Youtube]
"Drone menawarkan solusi berharga untuk menghadapi tantangan pengambilan contoh dan pengawasan rutin dari emisi gunung berapi. Khususnya di wilayah letusan yang berbahaya," jelas Dr Emma Liu, ahli gunung berapi dari Departemen Ilmu Bumi di Cambridge.
Di masa depan, penelitian ini bisa digunakan untuk memonitor gunung berapi lebih baik, memprediksi erupsi, memberi kesempatan lebih banyak bagi warga untuk menyelamatkan diri dari letusan gunung. Semburan debu dan gas yang terlempar ke atmosfir dari letusan gunung ini, telah mengancam hidup dari 60.000 orang yang tinggal disekitar gunung ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT