Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Rusia mencurigai Fidget Spinner. Mereka menuduh spinner sebagai alat untuk hipnosis. Mereka curiga alat ini disebarkan oleh lawan politik Putin untuk menghipnosis massa untuk menjatuhkan pemerintahan saat ini.
Televisi pemerintah Rusia mengatakan, mainan tersebut bisa membuat orang rentan terhadap pesan-pesan oposisi politik. Badan pengawas konsumen Rusia, Rospotrebnadzor, juga telah memperingatkan bahwa
fidget spinner bisa membuat anak sangat kecanduan.
Efek negatif
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“
Spinner sering memiliki efek negatif pada jiwa dan membuat seseorang rentan terhadap manipulasi", demikian disampaikan pada sebuah acara televisi bernama ‘Virus on Rossiya 24’.
Acara televisi inilah yang menjadi pemicu pemerintah Rusia akhirnya mengeluarkan kebijakan tersebut.
Kekhawatiran lain terkait dengan masalah kesehatan terkait mainan tersebut. Pemerintah mengimbau warga untuk tidak membeli
spinner di jalan. Warga juga diminta untuk memeriksa bau bahan kimia pada mainan.
DiejekNamun, langkah untuk memeriksa
spinner ini menuai banyak ejekan dari dalam negeri.
"Bagaimana Anda akan memeriksa ini? Menyuruh 1.000 anak bermain dengan 1.000 spinner selama 1.000 jam dan kemudian membuat mereka mengerjakan tes?" tulis video
blogger dan komedian Yury Khovansky di Twitter, seperti dilaporkan
The Guardian.
Bukan cuma RusiaTak cuma Rusia yang khawatir terhadap permainan ini. Di Jerman, petugas bea cukai menyita 35 ton spinner, Mei lalu. Alasannya, tidak ada indikasi jelas siapa pembuatnya. Selain itu, mainan ini dikhawatirkan bisa menimbulkan bahaya pada anak kecil jika menelan bagian-bagian kecil mainan ini.
Selain itu, sejumlah
fidget spinner memang benar-benar menimbulkan bahaya karena telah dimodifikasi dengan diberi pisau dan petasan yang menjadikannya lebih seperti senjata daripada mainan, demikian
NYTimes.
Fidget spinner memang tengah populer di dunia. Pertama kali muncul di Amerika Serikat, mainan ini lantas populer ke Eropa sebelum akhirnya ke seluruh dunia. Belakangan, mainan ini telah dilarang di beberapa sekolah di AS, Prancis, dan Inggris.