Jakarta, CNN Indonesia -- Pesawat N219 ‘Nurtanio’ melakukan short flight di Landasan Udara Halim Perdanakusuma. Esther G. Saleh, Chief Test Pilot dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) ikut mencicipi Nurtanio pada sesi uji coba terbang.
Secara keseluruhan, Esther merasa puas dengan performa pesawat berkapasitas 19 penumpang tersebut. Meski demikian, Esther menilai Nurtanio masih membutuhkan lebih banyak uji coba terbang.
"Didukung dengan layout yang simpel, pengoperasian pesawat tidak memiliki kendala apapun sehingga menunjukkan hasil uji coba yang memuaskan," jelas Esther usai terbang singkatnya di Landu Halim Perdana Kusuma, Jakarta, pada Jumat (10/11).
Uji coba lebih lanjut itu menurutnya perlu dilakukan untuk mengumpulkan data yang berguna bagi perbaikan, dan evolusi pesawat.
Saat ini, Nurtanio baru diuji delapan kali dengan jam terbang sekitar 8,5 jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Esther juga memberi catatan terkait kecepatan pesawat dan berat pesawat. Pesawat berbobot 7 ton ini menurut Ester masih membutuhkan lebih banyak data untuk bisa mengukur kecepatan lebih presisi.
"Kecepatan yang ada pasti disesuaikan dengan berat. Kalau beratnya bertambah, kecepatannya juga akan bertambah," tegas Esther.
Mengenai sertifikasi dan prototipe kedua dari Nurtanio, Esther mengaku masih harus melihat dari hasil uji coba selanjutnya.
"Karena dalam mencapai sertifikasi butuh sekitar 350 jam terbang, maka untuk Nurtanio kami berharap sertifikasi bisa didapat sekitar satu tahun. Prototipe kedua sendiri sedang direncanakan, walau mungkin akan mengemban misi yang berbeda," tutup Esther.
Nurtanio adalah jenis pesawat yang bisa mendarat di landasan pendek (400-600 meter). Sebab, pesawat ini memang sengaja ditujukan bagi pengangkutan logistik serta pengangkutan penumpang di daerah pedalaman.
(eks/sat/evn)