Jakarta, CNN Indonesia -- Bus garapan Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, Mobil Anak Bangsa (MAB) tidak menggunakan mesin konvensional seperti bus-bus pada umumnya di Indonesia. Kendaraan komersial yang masih dalam tahap pengembangan itu ternyata bertenaga listrik murni.
Pelaku industri otomotif Gunadi Sindhuwinata sempat merasakan keunggulan bus dengan panjang sekitar 12 meter yang menjadi salah satu purwarupa racikan MAB. Menurut Gunadi, bus yang Ia tumpangi beberapa waktu lalu itu lebih canggih daripada bus-bus yang dipasarkan di dalam negeri.
"Iya, ini bus murni listrik. Secara
engineer dikembangkan dan timnya kuat," kata Gunadi kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (8/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bus besutan Moeldoko memang secara khusus dikembangkan di dalam negeri. Soal kualitas, Ia mengklaim bus yang diduga bernama 'Maxvel' tersebut tidak kalah dengan bus-bus bertenaga listrik lainnya seperti di Eropa.
Gunadi menyebutkan, motor listriknya mampu menyemburkan tenaga setara 260 hp dan melontarkan torsi maksimal sebesar 2.400 nm.
"Jadi waktu jalan (saat uji coba) kami tidak rasakan hentakan. Lalu pas akselerasi dan deselerasi itu bagus. Mau
engineer pas coba hentak pedal gas untuk naikkan kecepatan, itu (bergeraknya) halus," tutur Gunadi meyakini.
Bus Maxvel dikabarkan menggendong baterai yang mampu mencapai jarak sejauh 250 km dalam sekali pengisian. Sedangkan lamanya pengisian daya baterai dari kosong hingga penuh memakan waktu dua sampai tiga jam.
Ia menjelaskan, untuk saat ini baterai pada bus tersebut masih buatan para teknisi dari MAB. Namun ke depan, MAB ingin bekerjasama dengan perusahaan pembuat baterai dari negara lain seperti Korea, Australia, Jepang hingga Eropa.
Dalam hal ini pihak MAB akan mencari perusahaan baterai yang bisa memasok kebutuhan bus hasil anak bangsa MAB. Adapun kriterianya yang diinginkan, meliputi kapasitas baterai, kekuatan jarak tempuh, durasi pengisian baterai hingga daya tahan baterai.
"Mereka sedang mencari (perusahaan baterai) paling cocok, paling baik dulu (untuk diajak kerjasama). Saat ini baterai baru bikin sendiri," tutup mantan Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) itu.
(mik)