Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) mencatat ada 127,7 juta atau sekitar 89,35 persen orang Indonesia yang aktif menggunakan internet untuk membuka aplikasi pesan instan (
chatting). Namun, hanya 5,56 persen diantaranya yang menggunakan aplikasi
chatting lokal.
Kecenderungan masyarakat menggunakan aplikasi lokal masih rendah. Menurut survei APJII ada 14,20 persen pengguna internet Indonesia yang tak pernah sama sekali memanfaatkan aplkasi lokal, sementara 56,79 persen memiliki intensitas jarang.
Pengguna yang sering memanfaatkan aplikasi lokal hanya sebesar 23,46 persen. Sedangkan, mereka yang menggunakan aplikasi karya anak bangsa hanya 5,56 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain menggunakan layanan
chatting, 87,13 persen pengguna internet Indonesia juga aktif menggunakan sosial media.
Melihat hal ini, Ketua Umum APJI Jamallul Izza mengatakan sebenarnya orang Indonesia belakangan sudah mulai mengakses konten lokal, namun tidak untuk berkirim pesan.
Produk lokal yang lebih banyak digunakan oleh orang Indonesia lebih pada layanan belanja daring.
"Orang kalau buka
e-commerce, mereka akan lebih banyak mengakses
e-commerce Indonesia. Tapi yang disayangkan kalau untuk
messenger, kita masih banyak gunakan
messenger-messenger luar," ungkapnya di sela konferensi media di Hard Rock cafe Jakarta, Senin (19/2).
Meski demikian, Jamal mengakui jika hal itu berimbas pada peningkatan trafik layanan telekomunikasi. Kondisi yang berbanding jauh dari beberapa tahun sebelumnya.
Salah satu faktor yang melatarbelakangi tak lain pesatnya pertumbuhan rintisan digital seperti Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.
"Nah sekarang kita bicara soal
traffic, orang Indonesia semakin banyak mengakses konten lokal. Kebanyakan untuk pemesanan tiket dan
e-commerce seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka yang
traffic-nya makin besar," imbuhnya.
Di sisi lain, pengguna internet di Indonesia justru jarang memanfaatkan aplikasi perbankan, yakni hanya tercatat hanya ada 7,38 persen.
Transaksi perbankan yang dilakukan melalui koneksi internet hanya memiliki 17,04 persen atau sekitar 24,3 juta orang. Di sisi lain penjualan daring hanya dilakukan oleh 16,83 persen pengguna internet dengan 45,14 persen lainnya hanya menggunakan untuk mengecek harga barang.
"Paling tidak kita sudah bisa menjual barang melalui
online. Meskipun angkanya masih kecil paling tidak sudah bisa," kata Henri Kasyfi Soemartono, Sekretaris Jenderal APJII.
(asa)